OPINI  

Sinergi Masjid dan Jamaahnya

oleh: 1.DR.H.Ibnu Hasan,M.S.I.( Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng)
2.Drs. H. Priyono, M.Si. (Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Penasehat Takmir Masjid Al Ikhlas,Sumberejo,Klaten selatan)

Secara fisik, kondisi masjid di Indonesia tergolong bagus bahkan bisa dikatakan lebih bagus dari kondisi rumah para jamaahnya. Jumlah masjid di Indonesia yang telah mencapai lebih dari 800.000 tersebar di seluruh pelosok Indonesia, meskipun distribusi spasialnya belum merata artinya ada yang berjubel jarak satu masjid dengan masjid lainnya, akan tetapi ada yang masih di luar jangkauan karena begitu jauh jarak tempat ibadah ini dengan jamaahnya.

Semakin ke kota akan semakin bagus dan semakin dekat jaraknya dengan jamaahnya bahkan satu RT telah memiliki masjid sendiri. Ini artinya bahwa semangat membangun masjid untuk bersujud kepada Tuhan sangat luar biasa.

Fenomena ini juga didukung oleh penyediaan fasilitas umum dimana di setiap jasa pelayanan umum seperti SPBMU, warung makan dan rest area tersedia fasilitas masjid yang bagus dan dilengkapi dengan jasa pelayanan yang lain yang dibutuhkan manusia seperti , ATM, kamar mandi dan toilet serta jasa yang lain. Tempatnya cukup luas dan viewnya untuk beberapa tempat SPBMU sangat menawan dan menyejukkan. Pendek kata, kita umat Islam telah dimanjakan dengan fasilitas ibadah, tapi belum tentu yang ada itu dimanfaatkaan karena yang ada bisa saja tiada gunanya .
Beberapa masjid sudah dikelola dengan baik, sebagai contoh masjid yang viral di medsos, memiliki program unik dan menyentuh pada pelayanan masyarakat miskin sekitarnya.

Masjid Jogokaryan di Yogya yang memiliki 13 kamar untuk menginap dan tiga kamar diantaranya gratis untuk musafir yang kurang mampu. Takmir juga bertanggung jawab terhadap barang jamaah yang hilang ketika sholat di masjid. Masjid dengan cat warna yang full colour menunjukkan bahwa masjid harus menjadi tempat yang menyenangkan di dunia . Fasilitas masjid cukup lengkap karena memang dimanage dengan serius, dengan tenaga keamanan 24 jam dan cctv sejumlah 24 titik sehingga jamaah diharapkan bisa nyaman dan aman.

Karena kepercayaan masyarakat terhadap masjid sangat tinggi karena takmirnya bersifat terbuka, jujur dan melayani masyarakat maka uang infak masjid per tahun pada tahun 1999 baru rp 8.640.000 meningkat pesat menjadi 3,6 miliar rp saat sekarang dan harus bersaldo nol rp tiap bulan atau tidak disisakan. Bahkan sekarang tersedia ATM beras dengan isi 2,7 ton beras untuk 1.380 kartu pemegang ATM beras.

Setiap bulan ramadhan, masjid ini menyediakan takjil atau buka bersama sebanyak 3.000 piring tiap hari. Fenomena masjid seperti ini memang langka , akan tetapi bisa dicontoh dimana saja asal takmir masjid memiliki komitmen yang tinggi untuk memakmurkan masjid dan mensinergiskan masjid dengan jamaahnya.

Masjid Jogokaryan telah menerapkan managemen terbuka dan modern serta peduli terhadap jamaahnya sehingga mendapatkan balasan dari jamaah dalam bentuk memakmurkan dan dukungan dana infak untuk membeayai kebutuhan masjid. Semakin banyak jenis pelayanan yang diberikan pada jamaah maka akan semakin banyak mendapatkan simpati msjid tersebut.

Dibalik banyaknya masjid dan kemegahannya, ada pekerjaan rumah besar kenapa masjid tidak makmur jamaahnya ? inilah pertanyaan yang sangat mendasar yang dialami umat Islam di Indonesia .

Masjid yang bagus dan banyak jumlahnya belum sebanding dengan kemakmurannya, hal ini bisa dilihat bahwa jamaah masjid hanya penuh saat sholat Jum’at dan sholat tarweh sedangkan pada sholat wajib lainnya masih memprihatikan di sebagian besar masjid. Penelitian tentang kemakmuran masjid di DIY menunjukkan bahwa hanya sekitar 11-12 persen dari kapasitas masjid, jumlah jamaah pada sholat wajib. Jadi kalau kapasitas masjid ada 100 jamaah maka hanya sekitar 11-12 orang jamaah . Sekali lagi hanya spirit untuk memakmurkan masjid masih memprihatinkan di sebagian besar masjid baik yang disediakan jamaah maupun pengusaha fasilitas umum, termasuk yang disediakan Pemerintah. Hal ini bisa dilihat pada saat waktu sholat tiba, berapa jamaah yang memakmurkan masjid di kampung maupun di pinggir jalan utama yang menghubungkan kota yang satu dengan lainnya.

Salah satu penyebabnya adalah belum terjadinya sinergi antara masjid dan jamaah. Banyak masjid yang selalu menghimbau jamaahnya agar memakmurkan masjid, akan tetapi para pengurusnya tidak pernah memikirkan kebutuhan jamaah misalnya terkait dengan kebutuhan ekonomi, kesehatan, kebutuhan sosial, keamanan, kenyamanan, kebutuhan psikis lainnya sehingga jamaah belum dimakmurkan oleh masjidnya sendiri.

Hampir semua dana masjid dialokasikan untuk kebutuhan fisik masjid seperti pembangunan fisik dan fasilitas penunjang lainnya. Beberapa jamaah yang mengalami kesulitan ekonomi untuk usaha, membeayai sekolah, berobat, kebutuhan sosial lain belum tersentuh sama sekali.

Pendek kata upaya pengurus masjid untuk memakmurkan masjid belum tersentuh. Sudah saatnya pengurus masjid berfikir kearah kebutuhan dasar jamaah sehingga mereka memiliki ikatan batin yang kuat dengan jamaahnya. Data base jamaah seperti jumlah anggota keluarga, umur, pendidikan anggota keluarga serta sumber pendapatan keluarga.

Perlu disounding agar bisa menjadi dasar penentu kebijakan para pengurus masjid untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Keberadaan masjid yang ada harus dimaknai bukan memberatkan jamaah , akan tetapi memberikan kenyamanan, meringankan beban, ketenangan dan membahagiakan jamaahnya karena masjid selalu peduli dengan kondisi jamaah bukan menjauhi kebutuhan jamaah.

Disamping sinergitas tersebut, belum makmurnya masjid bisa disebabkan karena tingkat religiusitas jamaah , terlalu dekat jarak masjid, para pengurus yang masih berfikir tradisonal dan kurang memiliki link maupun pengetahuan keagamaan dan kondisi ekonomi baik pengurus maupu jamaah yang sangat terbatas meskipun kuat imannya. Mari kita berupaya untuk merubah masjid yang sepi jamaah menjadi masjid yang dikunjungi jamaah karena masjid menjadi dirindukan baik di dunia maupun di akherat.

Mengingat demikian strategisnya fungsi masjid untuk kejayaan perjuangan islam dan menciptakan islam sebagai rahmatan lil ‘alamin maka memakmurkan masjid menjadi agenda yang mendesak dan harus segera jika islam tidak ditinggal zaman atau islam dengan jumlah umatnya yang besar tetapi hanya dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Bukankah fungsi masjid di zaman Rosulullah bisa jadi contoh pengembangan masjid dari masa ke masa ? Disamping masjid sebagai tempat ibadaah, menjadi pusat pendidikan umat, pusat kesehtan, pusat ekonomi, pusat penerangan dan kesejahteraan umat.