SIT IN DAN MICRO TEACHING SEBUAH REFLEKSI KOMPETENSI MENGAJAR GURU

SIT IN DAN MICRO TEACHING SEBUAH REFLEKSI KOMPETENSI MENGAJAR GURU
0 Komentar

Jika terdapat sekolah yang tidak memiliki guru penggerak bukan berarti sekolah tersebut akan tidak bergerak. Pergerakan dari sebuah sekolah bergantung kepada semangat persatuan akademis sekolah yang bersangkutan. Kompetensi praktis akan tetap tercapai dengan beberapa gerakan yang konsisten dan reflektif. Terus maju dan tak gentar menjadi sebuah semangat yang harus dibakar, agar setiap anggota akademisi merasakan api semangat yang membara. Selain semangat tersebut, maka tindakan praktis dapat dilakukan. Beberapa tindakan praktis untuk dapat menggantikan sekolah yang tidak memiliki guru penggerak adalah dengan melakukan sit in dan micro teaching.

Sit in dalam mengajar adalah  sebuah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi seorang pendidik dengan cara guru yang kurang memiliki pengalaman dalam keterampilan mengajar mengikuti proses pembelajaran guru yang memiliki pengalaman dalam mengajar. Dalam proses pembelajaran tersebut maka dapat diperoleh pendekatan, metode, dan strategi dalam pembelajaran. Sementara itu, teknis dapat diatur sendiri, yang terpenting adalah adanya semangat membara untuk terus belajar demi peserta didik. Setelah melakukan kegiatan ini dibutuhkan waktu untuk duduk bersama, berdiskusi, dan saling berefleksi sehingga masukan positif didapat oleh kedua pihak.

Sebaliknya micro teaching adalah upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi calon, atau pendidik muda agar dapat menguasai pendekatan, metode, strategi agar dapat melakukan pengelolaan kelas dengan baik. Laughlin dan Moulton dalam Hasibuan menyatakan bahwa micro teaching menjadi metode pembinaan penampilan yang dibuat dengan jelas, dengan cara menisolasi beberapa bagian komponen asal proses mengajar, sebagai akibat para calon guru atau guru yang belum berpengalaman mampu menguasai komponen satu per satu pada situasi mengajar yang disederhanakan. Setelah melakukan kegiatan ini dibutuhkan waktu untuk duduk bersama, berdiskusi, dan saling berefleksi sehingga masukan positif didapat oleh kedua pihak.

Baca Juga:Sapi Raja Asal Subang Dibeli Presiden Jokowi untuk KurbanPDI Perjuangan Dukung Apapun Langkah Ruhimat

Pertanyaannya siapa guru yang memiliki pengalaman dan keterampilan mengajar? Untuk menjawab pertanyaan ini maka dibutuhkan kemampuan reflektif dari para guru untuk dapat melihat kompetensi masing-masing. Hal pertama dan utama adalah menjadikan diri untuk meningkatkan kompetensi praktis agar dapat menggerakkan sistem pembelajaran di sekolah masing-masing. Akhirnya bola.com memberikan nasihat kepada kita semua “Jadilah dirimu sendiri, yang unik, yang jujur, yang rendah hati, yang bahagia.” “Kebahagiaan hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati.” “Percayalah seseorang yang rendah hati akan lebih banyak disukai oleh orang-orang disekitarnya.” “Rendah hati bagaikan sayap yang kuat untuk terbang tinggi.” “Jadilah orang dengan hati yang rendah, dengan kehormatan yang tinggi.” Guru juga dituntut untuk memiliki visi yang jelas ke depan agar mendapatkan kompetensi serta tahap untuk mencapainya dengan jelas. Guru harus memiliki road map yang jelas dan terukur.(*)

Laman:

1 2
0 Komentar