Tantangan Guru di Era Revolusi 4.0

Tantangan Guru di Era Revolusi 4.0
Kepala SMPN 1 Pagaden Barat, Cucu Laelasari SPd MPd.
0 Komentar

Penyambung Kemajuan dan Kehidupan Siswa Beradab

SUBANG-Pada era revolusi 4.0 tugas guru menjadi sangat berat. Guru tidak boleh tergantikan dengan mesin atau robot. Oleh karena itu guru harus tetap menjadi barisan terdepan dalam mendidik bangsa. Secanggih apapun teknologi guru tetap menjadi penyambung antara kemajuan dan kehidupan siswa yang tetap beradab.

Hal tersebut dikatakan oleh Kepala SMPN 1 Pagaden Barat, Cucu Laelasari SPd MPd. Menurutnya, guru tetap menjadi pembimbing siswa dalam memecahkan tantangan-tantangan yang dihadapi. Tantangan bisa datang dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun dari luar. Baik berupa fisik maupun psykis. “Bangsa yang maju mampu menata bangsa ini dalam mempersiapkan generasi penerus sebagai elemen penting penerus cita-cita bangsa. Penyiapan generasi muda atau sumber daya manusia sangat penting dan menjadi prioritas,” ungkapnya.

Dia mengatakan, di tangan gurulah salah satu langkah penyiapan generasi muda. Melalui pendidikan dan tangan gurulah diharapkan dapat membangun SDM yang mumpuni yang dapat menaklukan dan mengikuti perkembangan zaman. Pendidikan yang mendukung perkembangan zaman ini dimulai dari regulasi. “Undang- undang pendidikan, peraturan pemerintah, kurikulum, hingga pada tenaga pendidik dan kependidikan sebagai ujung tombak di lapangan,” ujarnya.

Baca Juga:Tahun Baru: Mari Kita Eratkan Solidaritas KebangsaanPasangan ‘Enak’ Dideklarasikan

Terlebih pada zaman sekarang, Abad ke-21 mensyaratkan SDM memiliki berbagai keterampilan atau memiliki kompetensi-kompetensi, yaitu berpikir kritis (Critical Thinking), kreativitas (Creativity), komunikasi (Communcation), dan kolaborasi (Collaborative). “Keempat kompetensi itu minimal harus dimiliki oleh sumber daya manusia pada saat ini. Kurikulum harus dapat mencapai kompetensi yang diharapkan,” jelasnya.

Dia mengatakan, guru sebagai pelaksana di lapangan tidak cukup hanya menyiapkan diri sebagai guru yang handal. Namun, yang tidak kalah penting adalah kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan bagi guru. Tidak jarang guru menjadi bulan-bulanan dalam melaksanakan tugas. “Bahkan tidak jarang guru mendapat intimidasi dari pihak-pihak tertentu sehingga kewibawaannya hilang dalam masyarakat. Misalnya dalam meningkatkan mutu pembelajaran atau dalam menegakkan kedisiplinan siswa,” jelasnya.

Dia menuturkan, guru mulia bukan lagi sebutan yang melekat kepada guru ketika tidak lagi di hargai di masyarakat. Banyak peristiwa yang membuat guru kehilangan kepercayaan di masyarakat sementara tantangan makin terjal menghadang. “Perlindungan guru sangat mutlak dibutuhkan dalam kenyamanan dan keamanan guru saat melaksankan tugas sehingga guru sejahtera dan bermartabat dapat dicapai. Jayalah guru Indonesia untuk Indonesia bermartabat,” pungkasnya.(ysp/sep)

0 Komentar