Unsika Rilis Mesin Penghancur Kulit Rajungan

Unsika Rilis Mesin Penghancur Kulit Rajungan
LIMBAH: Tim Program Penerapan Teknologi Tepat Guna (PPTTG) Unsika menciptakan mesin pengubah limbah cangkang rajungan menjadi pakan ternak. AEF SAEPULOH/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Ubah Limbah Menjadi Pupuk Organik

KARAWANG-Tim Program Penerapan Teknologi Tepat Guna (PPTTG) Universitas Singaperbangsa (Unsika) Karawang menciptakan mesin yang mampu mengubah limbah cangkang rajungan menjadi pakan ternak, pupuk organik hingga kosmetik.
Alat itu juga menjadi solusi dari gunungan limbah cangkang rajungan yang berasal dari sentra produksi rajungan kupas di pesisir Pasirputih, Cilamaya, Karawang.

“Jika kulit rajungan dibiarkan menumpuk akan membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap, menyebabkan lingkungan tidak sehat dan berpotensi mengundang penyakit,” kata Eri Widianto ketua tim PPTTG Unsika di Karawang, Rabu (9/10).

Industri rajungan kupas di wilayah Kecamatan Cilamaya Kulon memang menjamur. Bahkan jadi salahsatu unggulan Kabupaten Karawang. Pantauan Pasundan Ekspres, di Desa Sukajaya misalnya, terdapat puluhan rumah yang mengolah daging rajungan menjadi makanan kaleng. Komoditi itu diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan negara-negara di kawasan Eropa.

Baca Juga:Darurat Ekologis, Pegiat Lingkungan Hidup Gelar Aksi DamaiMinim Armada Pengangkut Sampah

“Di Pasir Putih, ada 120 perahu nelayan yang tidak pernah mengenal musim dan selalu beroperasi. Kalau sedang musim, nelayan Pasir Putih bisa menangkap rajungan 5 ton per hari”, ujar Kepala Desa Sukajaya Abdul Ghofur saat ditemui di sentra rajungan kupas.

Namun, di balik moncernya bisnis rajungan kupas itu, terdapat sejumlah masalah, yaitu kulit rajungan yang menggunung. Bukan pemandangan aneh, jika banyak tumpukan rajungan di sana. Selain menghabiskan lahan, bau amis dari limbah kulit rajungan juga terasa menganggu hidung. Saking banyaknya, cangkang rajungan yang sangat melimpah itu dihargai murah karena belum dimanfaatkan. “Bahkan limbah rajungan hanya dihargai 50 ribu rupiah perton,” kata Abdul Ghofur.

Berangkat dari hal itu, Eri dan timnya menciptakan mesin yang bisa mengubah cangkang rajungan menjadi tepung untuk dibuat menjadi berbagai produk olahan. “Kami ingin membantu masyarakat mengubah permasalahan yang ada menjadi sebuah inovasi yang bernilai jual tinggi. Jika sudah menjadi serbuk. Gunungan limbah rajungan di sekitar sini bisa berkurang,” kata Eri.

Mesin crusher (penghancur) ini, kata Eri bisa menghancurkan kulit rajungan yang keras menjadi tepung. Selanjutnya, tepung diproses secara kimia menjadi produk kitosan serta turunannya. “Misalnya, sabun anti bakteri alami, nutrisi pakan ikan, pengawet makanan alami, kitosan dan produk-produk turunannya,” ungkap Eri. Ia berharap, program itu diharap dapat memberdayakan masyarakat Desa Sukajaya Kecamatan Cilamaya Kulon Karawang mengatasi permasalahan limbah rajungan.

0 Komentar