Sebuah pesan whatshap masuk ke hp saya, dia Ela mengenalkan diri, katanya dari Pertamina PHE ONWJ. Dia katakan bahwa tahu no saya dari rekan wartawan Subang.
Dia menginformasikan tentang agenda media gathering PHE ONWJ, soal waktu nanti dikabari lagi.
Oleh: Dadan Ramdhan
Sebelum gathering, ada technical meeting dulu via zoom tanggal 29 Agustus pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai. Selanjutnya panitia gathering membagi peserta gathering menjadi beberapa kelompok sesuai lokasi kunjungan liputan.
Baca Juga:Bupati Subang Tetapkan Komisaris dan Direksi PT SS, Komitmen Jadi Penggerak Ekonomi DaerahIrda Soroti Risiko Tinggi dalam Tata Kelola Pemerintah Daerah Subang
Dan saya bersama rekan satu grop berjumlah 8 orang diagendakan visit media tanggal 4 September 2025 ke lokasi Program Sekar Purnama Subang di Dusun Sukaseneng Desa Compreng Kecamatan Compreng. Kami ditemani Mbak Ratna dan Rezky dari Pertamina EP Subang Field.
Singkatnya tibalah kami di lokasi kunjungan, Program Pengembangan Masyarakat PT. Pertamina EP Zona 7 Subang Field. Program itu bernama Sekar (Sekolah Kreatifitas Anak dan Remaja) Purnama Subang, Purnama yang berarti Purna Pekerja Migran Indonesia Berdaya Menjaga Lingkungan Bersama ini adalah salahsatu program unggulan Pertamina EP dalam rangka Pengembangan Masyarakat.
Disana kami dipertemukan dengan seorang Lokal Hero bernama M. Selamet Riyadi dia bersama isterinya Saripah seorang Kader Posyandu dan penggiat pendidikan.
M. Selamet Riyadi adalah seorang Sahabat Purnama yang menjadi penggagas TPA di Dusun Sukaseneng Desa Compreng Kecamatan Compreng, yang berhasil mendidik anak anak pekerja migran di TPA yang didirikan sejak tahun 2007.
Gagasan mendirikan Taman Pendidikan Al Quran di kampungya itu, lahir dari rasa keprihatinan terhadap anak anak balita yang ditinggalkan orang tuanya pergi sebagai pekerja migran.
Di kampung tempat ia tinggal di RT 18 Dusun Sukaseneng Desa Compreng ini ada sekitar 60 % menjadi pekerja migran di sejumlah negara Taiwan, Korea, Jepang dan Timur Tengah.
“Bayangkan saja, saat cuti pulang ke kampung menengok anak dan suaminya, kemudian hamil dan melahirkan anak kedua katakanlah, saat usia 2 bulan, ibunya harus kembali bekerja lagi ke luar negeri, bayi ini kan masih butuh asuhan ibunya, tapi apa hendak dikata mereka harus berpisah untuk sekian tahun lagi, ketika tumbuh membesar mereka sama sekali tak tahu dan tak kenal siapa ibunya,” ujar Slamet.