Mimpi Ing-wen

Mimpi Ing-wen
0 Komentar

OLEH: Dahlan Iskan

Saya tidak perlu menulis lagi siapa pemenang pilpres di Taiwan Sabtu lalu –kalah duluan dari pembaca DI’s Way.

Artinya: Beijing kalah lagi.

Maknanya: Amerika selalu menang: di Taiwan, di Korut, di Iran, di Hongkong, dan di Xinjiang.

Pukulan tidak henti-hentinya diarahkan ke Xi Jinping.

Untuk front Timur kini Tiongkok menghadapi dua persoalan: Hongkong dan Taiwan.

Baca Juga:Tak Ingin Banjir 2014 Terulang, Warga Normalisasi Kali Cibodo secara ManualDesa Rancabango Fokus Infrastruktur dan Pendidikan

Di Hongkong partai yang pro-Beijing kalah telak. Di pemilu distrik bulan lalu.

Di Taiwan capres Han Guo-yu menyusul kalah telak dari Tsai Ing-wen. Sabtu kemarin.

Jumat malam saya masih hadir di kampanye terbesar Han Guo-yu di Taipei.

Sabtu malam saya hadir juga di kampanye terbesar Tsai Ing-wen. Di lokasi yang sama di Taipei.

Kampanye itu sama besarnya. Lokasi itu sama penuhnya.

Bedanya: kampanye Han Guo-yu dipenuhi orang-orang tua. Dengan bendera Taiwan di tangan mereka.

Kampanye Tsai Ing-wen didominasi anak muda. Tidak satu pun membawa bendera Taiwan.

Sebagian dari mereka memang memegang bendera tapi warna hijau –warna Tsai Ing-wen.

Baca Juga:Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah Dukung Pemberantasan Radikalisme dan TerorismeWartawan Diduga Dianiaya Oknum Kades

Di tengah masa Ing-wen itu saya melihat sekelompok anak muda yang mencolok. Mereka mengibarkan bendera dengan tongkat yang tinggi: itulah bendera gerakan anti-Tiongkok di Hongkong. Warnanya hitam.

Mereka juga menggelar spanduk gerakan di Hongkong itu (Lihat foto).

Terlihat sekali apa yang terjadi di Hongkong menular di Taiwan. Lengkap dengan atributnya –yang kelihatannya asli dibawa dari Hongkong.

Saya juga melihat pemandangan lain. Di jalan yang ditutup untuk lalu-lintas dekat lokasi kampanye Ing-wen itu.

Di situ terparkir enam bus kecil. Bus itu didesain khusus. Agar di atapnya bisa untuk berdiri banyak orang.

Saat saya berjalan mengarah ke bus itu terlihat 8 orang berteriak-teriak di atasnya. Salah satunya mengacungkan poster “NO CHINA”.

Saya pun merogoh saku. Mengambil ponsel.

Begitu akan memotretnya ia menurunkan poster itu. Saya tidak mau menyuruhnya mengangkat kembali posternya –itu tidak boleh dilakukan seorang wartawan.

Tapi bus-bus itu bukan bus slintutan. Sikap anti-Tiongkok di bus itu ditulis terang-terangan –di badan bus. Kalimat-kalimat di badan bus itu ditulis secara permanen.

0 Komentar