Fenomena Mudik dan Teori Mobilitas Penduduk Klasik

Fenomena Mudik dan Teori Mobilitas Penduduk Klasik
0 Komentar

Teori mobilitas penduduk klasik, dalam hal ini teori migrasi Lee tentang daerah asal dan tujuan bahwa migrasi bisa terjadi karena interaksi daerah asal dan daerah tujuan dimana daerah asal ada unsur positif (gotong royong,ada orang tua makam orang tua, tanah sawah yang luas,dll) dan negatif (keterbatasan lapangan kerja, lahan yang sempit, fasilitas pendidikan yang terbatas,dll). Jadi teori ini menekankan bahwa ada interkasi desa-kota, desa sebagai daerah asal dan kota sebagai daerah tujuan yang memiliki karakteristik berbeda. Mantra , seorang ahli mobilitas dari Indonesia mengatakan ada gula dan disitu ada semut.

Faktor lain dalam teori Lee disebutkan ada barrier atau hambatan misalnya jarak, sarana dan prasarana transportasi,ongkos transportasi. Faktor ini telah diminimalisir oleh Pemerintah dengan dibangunnya jalan tol trans Jawa ,yang menghubungkan kota kota di Indonesia dan tersedianya sarpras transportasi yang jauh memadai sehingga pemudik merasa akan lebih nyaman kembali ke daerah asalnya. Jarak yang dikhawatirkan sebagai kendala ternyata tergilas oleh dinamika zaman.

Disamping teori klasik ini , berkembang teori migrasi dari Ravenstain dan teori lain bahwa faktor informasi lapangan kerja di daerah tujuan adalah sesuatu yang sangat penting dan dinanti oleh pencari kerja, ditambah peran dari migran pendahulu yang sudah eksis di daerah asal , yang mau menyediakan fasilitas sementara untuk pendatang baru sebelum mendapatkan pekerjaan di daerah tujuan.

Baca Juga:Berkobar di Rest Area Tol Cipali, Api Diduga Berasal dari Gas AlamPemerintah Desa Tambakan Mulai Berikan Layanan

Dengan factor peran migran terdahulu, sangat dimungkinkan daerah tujuan para migran akan lebih merata , tidak hanya memusat di kota besar , akan tetapi menuju kota satelit dan lainnya. Fenomena menarik dari mudik sebagai bagian dari mobilitas, telah menggagalkan teori mobilitas barat yang sudah mapan dimana orientasi orang melakukan mobilitas adalah ekonomi yang utama. Berbeda dengan teori barat, maka mudik justru sebaliknya bahwa orientasi mudik bukan ekonomi tetapi untuk tujuan silaturahmi atau orientasi religi dan kultur. Bahkan tidak hanya itu, akan tetapi malah mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk tujuan tersebut.

Ibukota tetap menjadi primadona sebagai daerah tujuan mobilitas penduduk karena unsur unsur yang sudah terpenuhi dalam teori Lee. Dampak yang ditimbulkan dari focus daerah tujuan ini adalah semakin menumpuk problem di ibukota mulai dari perumahan, kepadatan lalu lintas, macet, lingkungan misal banjir, polusi dll. Maka ke depan harus dipikirkan perluasan daerah ibukota, menciptakan kota satelit atau ada regulasi tentang migrasi agar tidak terfocus ke ibukota. Gimana dengan pemindahan ibokota? Masih perlu pemikiran serius karena butuh dana yang sangat besar dan fasilitas sudah terlanjur di bangun di ibukota ini yang punya peran sangat besar terhadap dinamika ibukota.

Laman:

1 2
0 Komentar