OLEH: Mohamad Fauzi
Direktur Pasundan Ekspres
MASA PANDEMIK dua tahun berjalan ini hampir semua kalangan merasakan dampaknya. Tidak banyak mampu bertahan dan tidak sedikit yang bangkrut. Namun masih ada juga yang tetap bertahan.
Pemberitaan yang kurang seksi. Semua bahkan tiap hari covid dan covid. PPKM dan PPKM. Kapan berakhir? Pasti berakhir walau sekarang bermutual menjadi omikron setelah delta dari Covid-19.
Tahun 2000 ya abad ini. 2022 masih juga pandemik. Warga bangsa dan dunia masih berkutat soal wabah. Terbaru perang Rusia vs Ukraina. Negara-negara Eropa bersepakat bersama Amerika melabelisasi Rusia melakukan invasi. Ya sepertinya dunia sudah genting dalam berita. Baik media massa atau sosial media. Generasi digital, info dalam tangan, hari kemarin berterbangan menyusun kata dan kalimat-kalimat rangkaian.
Peran media lagi-lagi menjadi sangat memengaruhi. Dari Coved-19 merajalela dunia. Indonesia boom masker langka fase pertama. Oksigen tak lagi ada fase kedua disusul vaksin masih belum belum banyak ada. Di fase selanjutnya kini yang baru-baru ini minyak goreng tidak tersedia. Hemmm.. rumit sekali! Tapi tenang. Semua akan berlalu. Begitu kata bijak. Rakyat bilang, “kapan berakhir?”
Di tengah situasi yang seperti ini kita semua harus tenang, dan tetaplah memiliki ide-ide solutif. Jangan sampai miskin ide. Jika ide saja sudah mati bagaimana mau melanjutkan kehidupan.
Begitu pun halnya dunia usaha. Sangat terasa dampaknya dua tahun terakhir ini. Begitu pula pembangunan daerah, ya semua refocusing. Katanya.
Harian Umum Pasundan Ekspres, media cetak juga online portal di wilayah Subang, Purwakarta, Karawang dan Bandung, Alhamdulillah masih eksis hingga 14 tahun ini, 26 Maret 2022. Mengeksiskan diri dengan caranya. Kenapa? Sebab saat ini, tidak sedikit media cetak metamorfosa ke online atau digital. Dengan berbagai aplikasi dan media sosialnya. Ya tentutanya begitu. Jika tidak, hanya tinggal nama.
Pasundan Ekspres dianggap media mainstream yang masih berdiri tegak, mau tidak mau harus melebur diri dan menjadi bagian baru dalam konvergensi media. Bisa tidak bisa harus bisa. Semua berubah. Pola dan cara merekondisinya.
Pembangunan daerah, hiruk pikuk politik walau pandemik masih menjadi berita menarik. Walau tidak mendapat simpatik bagi kalangan muda-mudi pecinta gedget abad ini.
Sedemikian rupa ekonomi dan multikreasi cara agar kehidupan tetap berputar. Secara mandiri rakyat kita harus berjibaku antara pandemik dan terus bekerja di masa ini.
Daya kritis media harus mengubah gaya. Sudut pandang pemberitaan harus berubah total. Namun esensi dan menjaga moral harus tetap ditegakan.
Dahlan Iskan, bapak kami. Tokoh pers nasional masih percaya bahwa media cetak tetap menjadi strata tertinggi dalam dunia jurnalistik. Selain proses yang panjang untuk menjadi konsumsi pembaca, media cetak tetap menjadi pembanding terbaik dari berita maraknya sosial media. Dengan proses geting berita hingga editing yang cukup panjang dan harus dipertanggungjawabkan. Tentunya media yang dikelola secara profesional sebagaimana diatur UU Pers kita berikut kode etiknya harus menjadi garda terdepan penjaga moral kontrol media. Pertaruhan antara idealisme dan usaha koroporasi. Semua harus menyatu dalam sebuah karya, BERITA.
Sekali lagi, saya berharap para pelaku media, khususnya all team PASUNDAN EKSPRES jangan bosan melahirkan ide. Kita tidak boleh miskin ide. Dari ide, susunlah support sistem kerja dan jadilah fakta bahwa kita tetap bisa sepanjang masa. Tentunya berharap Rido dan Rahmat Allah Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa menjadi ketentuanNya. Nasib harus kita tentukan untuk terus berjaya, biar takdir baik yang terlihat akhirnya. Sekali lagi wilujeung Milangkala ke-14 Pasundan Ekspres. Semoga jaya dan selalu berkah. (*)