106 Tahun Kiprah Ponpes Al-Muthohhar di Masyarakat, Berperan hingga Purwakarta Dijuluki Kota Santri

106 Tahun Kiprah Ponpes Al-Muthohhar di Masyarakat, Berperan hingga Purwakarta Dijuluki Kota Santri
SUDAH RATUSAN TAHUN: Ponpes Almuthohhar di kaki Gunung Cupu, Kecamatan Plered tetap bertahan selama 106 tahun. DAYAT ISKANDAR/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Tak bisa dipungkiri Kecamatan Plered, Purwakarta selalu mendapat predikat gudangnya santri dan santriah di Jawa Barat. Kota kecamatan di kaki Gunung Cupu ini bahkan dikenal di tingkat nasional mampu mewarnai Kabupaten Purwakarta hingga mendapat julukan kota santri. Di sanalah berdiri Ponpes Al-Muthohhar sejak 106 tahun lalu.

LAPORAN: DAYAT ISKANDAR-Purwakarta

Seiring berjalanya waktu, tentu tak mudah untuk mempertahankan predikat mulia itu. Butuh kerjasama dan kerja keras yang tetap istiqomah bagi kalangan ulama asal Plered untuk tetap eksis dijalurnya. Hingga melahirkan tokoh tokoh ulama, cendekiawan muslim, pejabat negara hingga ulama mumpuni. Tetap gigih menegakan panji Islam di tengah gempuran stigma negatif tentang peran lembaga Ponpes.
Salah satu Ponpes yang kini tetap eksis dan tetap melahirkan para ulama muda dari berbagai daerah di Indonesia adalah Ponpes Al Muthohhar Plered yang didirikan pada tahun 1912 Masehi oleh ulama ternama asal Plered. Bernama KH Muhamad Thoha bin KH Ahmad Rafei.

“Ada stigma negatif tentang peran Ponpes di tengah masyarakat akhir-akhir ini. Pesantren yang awalnya sebagai tempat menimba ilmu agama Islam dalam tiga dekade terakhir berubah wajah menjadi semacam bengkel ahlak,” terang H.Yodi Ahmad Sirojudin, cicit sang pendiri Ponpes.

Baca Juga:RUU Pesantren Kado Istimewa untuk SantriPondok Pesantren Nurul Anwar Mubatadiin Komitmen Siapkan Generasi Fasih Baca Quran

Padahal hakikinya, lanjut Ahmad, Ponpes punya tugas dan fungsinya sebagai tempat transfer ilmu dari para ulama kepada para santrinya. Menyiapkan generasi baru yang islami dan mewarnai setiap kehidupan negeri ini.

Namun kata adik H Tedi Ahmad Junaedi, Kepala Kemenag Purwakarta ini, hal itu merupakan tantangan ulama di zaman sekarang. “Meski dampak dari stigma tampak menyudutkan, tak bisa kita pungkiri ada benarnya,” tandasnya.

Kini, di usianya yang ke 106 tahun, Ponpes yang kini diteruskan dari generasi ke generasi, tidak stagnan dan tidak menyerah begitu saja. Bahkan mampu mengembangkan sayap dari yang semula hanya satu lembaga bernama Ponpes Darul Ulum dan Madrasah Diniyah Alhuda, kini sudah berubah lebih luas jangkauan dan jumlah santrinya.

“Belum lama ini kita resmi membuka Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan SMP berbasis pesantren. Di samping lembaga pendidikan lain yang telah ada,” ungkap H Yodi.

0 Komentar