Ngobrog Tradisi Bangunkan Sahur yang Berujung Kekompakan

Ngobrog Tradisi Bangunkan Sahur yang Berujung Kekompakan
PRO AKTIF: Media ngobrog, soundsystem satu set ukuran besar juga alat gamelan di Kampung Pasirceuri Sukamelang.
0 Komentar

Mulai Dari Minta Lagu, Joget hingga Saweran

Selain tradisi berbagi hidangan berbuka dan sahur, ada satu lagi kebiasan istimewa dan khas Ramadhan. Kegiatan itu ialah membangunkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah sahur alias ngobrog.

LAPORAN: INDRAWAN, Subang

Aktivitas ini di Tanah Air dikenal dengan berbagai sebutan, salah satunya ialah Grebek Sahur. Baik yang dilakukan oleh perseorangan ataupun berkelompok. Kebanyakan, dilakukan secara sukarela. Tanpa ada pungutan biaya.

Prof Hindun Badari dalam makalahnya yang berjudul “Al-Mushirati min Duqqat at-Thabul ila al-Insyad wa al-Aghani” mengemukakan selukbeluk dan asal-muasal tradisi tersebut. Aktivitas yang pada mulanya dilakukan secara sukarela tersebut dikenal dengan berbagai sebutan.

Baca Juga:Bangun SDM, Bang Ara Fokus Seni Budaya dan OlahragaDuel Siswi SMP Subang, Sekolah Panggil yang Bersangkutan, Kepolisian Menyelidiki

Di Arab Saudi, pelakunya dijuluki az-zamzami, di Kuwait disebut Abu Thubailah, dan di Mesir akrab dikenal dengan al-mushirati. Mereka memiliki gaya, media, dan yel-yel yang berbeda-beda sesuai dengan tabiat tiap-tiap negara.

Begitupun di Subang, tepatnya di daerah Pasirceuri Sukamelang hingga Kampung Palabuan, tradisi membangunkan saur di sana dinamai “ngobrog”, dengan media yang digunakan satu set soundsystem besar yang diletakan pada sebuah roda. Kemudian disatukan dengan alat gamelan seperti kendang, saron, kecrek, dimainkan beberapa orang keliling menuju penjuru-penjuru kampung.

Menurut pelaku dari kegiatan ngobrog tersebut, Ikhsan Kharis mengatakan, jika lagu yang dimainkan juga adalah lagu-lagu jaipongan. Saat Pasundan Ekspres bertanya kapan kegiatan ngobrog pertama kali berlangsung, dia tidak tahu percis.
“Lagunya jaipongan, karena para pegiatnya juga kebanyakan mereka para nayaga jaipongan. Kebetulan di Pasirceuri Sukamelang ini juga banyak terdapat seniman jaipongan. Kalau kapan tradisi ini pertama kali berlangsung saya kurang begitu tahu, sebab dari dulu sejak saya masih kecil sudah ada,” jelasnya.

Berbeda dengan tradisi membangunkan saur di tempat lainnya. Ikhsan mengatakan, bila ada ngobrog warga aktif berpartisipasi. Bentuknya, sebagian warga ada yang meminta dimainkan lagu-lagu tertentu, kemudian bila lagunya dimainkan biasanya mereka memberikan uang saweran.

“Kami sudah persiapan sejak jam 2 dini hari. Biasanya ngobrog berlangsung hingga pukul setengah 4 atau pukul 4 paling lama. Warga biasanya ada yang meminta lagu, nanti kasih saweran, ikut joged juga ada, macem-macem,” tambahnya.

0 Komentar