Di Balik Pilihan Kemasan Grup Musik Siloka Art Project

Di Balik Pilihan Kemasan Grup Musik Siloka Art Project
TAMPIL BEDA: Penampilan Siloka Art Project, mereka lebih memilih musik tradisional ketimbang band seperti anak muda kebanyakan. INDRAWAN/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Menyasar Segmen Penikmat Musik Tradisi

Bukan saja soal selera, pilihan musik juga kadang menjadi gaya hidup. Bagi kebanyakan anak muda, memilih band sebagi pilihan untuk memainkan musik, dianggap juga sebagai gengsi yang tinggi. Berbeda dengan kelompok anak muda yang tergabung dengan Siloka Art Project, mereka malah sebaliknya, lebih memilih alat tradisional, dan musik-musik tradisional untuk media ungkap musiknya.

LAPORAN: INDRAWAN, Subang

Kelompok music yang terdiri dari Andri Kemal Septiawan (Suling), Dimas Sandi (Kacapi), Cahya Nugraha (Kendang), Dwi Fajar (Timbalis), Dede Agus (Biola) dan Nira Ikhsan (Vokal) terbentuk sejak 2016 silam. Mereka lebih memilih musik-musik tradisional ketimbang musik-musik yang sedang banyak digandrungi oleh anak-anak muda. Bukan tanpa alasan, menurut salah satu personelnya, Andri Kemal Septiawan, musik yang mereka mainkan lebih mudah “dijual” ketimbang musik-musik biasa.

“Kalau kita milih main band, itu banyak band-band yang bagus dan enak lagunya, tapi untuk daerah seperti Kabupaten Subang ini kan menjual musik agak sulit yah, kita bisa buktikan, sampai sekarang belum ada band asal Subang yang tembus pasar musik nasional. Kalau penyanyi solo, atau pemain alat musik mungkin ada, kalau kelompok seperti band rasanya belum, karena memang susah, kecuali indie mungkin ya, itu juga kalau mereka punya modal banyak,” jelas Andri.

Baca Juga:Piutang Pajak Rp525 M, Bapenda Kejar Penunggak PajakMasyarakat Diminta Waspadai Banjir

Menurutnya, musik tradisi yang kini dia geluti, mudah memasarkannya. Apalagi sebagai media untuk sebuah upacara adat pernikahan sunda, di Subang menurutnya meski banyak kelompok yang mampu mengisi segment upacara adat. Namun dirinya mengklaim mampu bersaing dan itu yang membuatnya hingga sampai saat ini bertahan. Apalagi menurutnya tidak banyak kelompok, yang pemainnya sepenuhnya anak-anak muda di bawah 30 tahun. Rata-rata untuk sebuah group musik tradisi pasti pemainnya sudah berumur, itu juga menjadi salah satu daya jual baginya.

“Jika menjalani pekerjaan yang sesuai dengan hobi, ya asik-asik aja, meskipun karya seni bukan seperti barang dagang yang bisa diperjual-belikan begitu saja. Namun sebagi pelaku seni kita harus bisa menempatkan, mana karya yang memang kepentingannya untuk cari uang, mana karya untuk idealis-idealisan,” tambahnya.

0 Komentar