Jalan Pancasila

Belajar Filsafat
0 Komentar

Tak tahulah saya makhluk seperti apa “Kapitalisme” (dengan K besar) itu? Dan apakah ada hubungannya antara laku Kapitalisme dengan agama? Ternyata menurut si Mbah Max Weber, Kapitalisme ada hubungannya dengan agama. Orang Jerman ini, menuliskan teorinya dalam buku “Die Protestantische Ethik Und der Geist des Kapaitalismus” tahun 1904-1905. Buku ini diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris tahun 1930 menjadi “The Protestanct Ethic and the Spirit of Capitalism”.

Kapitalisme berawal dari ajaran agama untuk hidup sederhana, kerja keras, disiplin dan hemat sebagai nilai-nilai Protestanisme (Protestan Ethic). Hidup sederhana, kerja keras, disiplin, dan hemat yang menyebabkan terakumulasinya modal adalah bagian dari keterpanggilan agama-Calvinism. Akumulasi modal ini menjadi awal Kapitalisme.

Kapitalisme kemudian bertiwikrama dalam berbagai model usaha dan kerja. Kapitalisme memberikan kebebasan kepada semua orang untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan tujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya. Sistem Kapitalisme, memungkinkan setiap orang memiliki hak penuh untuk mengambil manfaat dari semua alat produksi dan sumber daya alam untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya.

Baca Juga:Soal Iuran dari Honor Guru Ngaji untuk Forum Capai Ratusan Juta, Ini Kata Pemkab SubangFantastis!! Iuran dari Honor Guru Ngaji untuk Forum Capai Ratusan Juta, Kemana Aliran Dananya?

Dampaknya, Kapitalisme menghadirkan ketimpangan sosial ekonomi bak langit dan bumi. Baca saja “rasio gini” di setiap negara. Bisa dipastikan ketimpangan pendapatan masyarakat didominasi oleh para pemilik modal. Dan kita pun sama, terpapar Kapitalisme. Selalu ingin mencari untung sebesar-besarnya dengan cara mudah dan murah. Dalam hal apapun.

Semangat Kapitalisme atau spirit Kapitalisme berawal dari ajaran agama. Walau dalam prakteknya, kadang jauh dari agama. Sebab bisa jadi, menghalalkan segala cara adalah bagian dari cara mencapai keuntungan sebesar-besarnya.
Semua agama, sejatinya memberikan porsi yang proporsional antara kehidupan spiritual yang transenden dengan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia-duniawi. Bahkan beberapa diantaranya, menjadikan pelayanan kepada kemanusiaan menjadi salah satu jalan tercepat menuju transendensi dengan Sang Khalik.

Kebanyakan persepsi keagamaan kita, agama hanya berurusan dengan yang transenden-ukhrawi-akhirat. Dan itu dianggap kesalehan utama. Padahal karya nyata (usaha kerja maksimal) yang memberikan manfaat besar untuk perubahan manusia adalah bagian penting dari menampilkan “wajah” Sang Khalik. Ajaran agama tak melulu soal akhirat. Menjadi orang berhasil dan bermanfaat untuk sesama adalah bagian dari ajaran agama. Menjadi orang mampu secara finansial dan atau kekuasaan untuk bisa membantu orang banyak tanpa membedakan (kebijakan yang adil) adalah kesalehan sosial yang utama.

0 Komentar