MANUSIA : MATI  DUA KALI DAN HIDUP DUA KALI

opini
opini
0 Komentar

1.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Penasehat takmir masjid Al Ikhlas,Gudang, Sumberejo, Klaten selatan )2.Drs.Sudadi Sugi Wartowiyono,MSi (Alumni Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta,Penggerak Koperasi dan UMKM).

Salah satu tanda kebesaran Allah SWT tersurat dalam QS 2 ayat 28 yang bunyinya : “ Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Jadi hari ini hingga esok dalam bahasa Al Qur’an yang menyebut dunia (hari ini) dan akherat (hari esok). Berarti kita mati dua kali dan hidup dua kali.  Mati yang pertama ketika masih ada dalam kandungan, masih dalam wujud janin sebelum ditiupkan roh oleh Malaikat dan mati yang kedua, setelah kita hidup yang pertama pula. Mati yang ini adalah sesuatu itu terjadi secara tiba tiba dan mengagetkan, yang kadang tidak disertai tanda tanda yang jelas. Itulah kematian atau awal sebuah kehidupan di akherat dan akhir kehidupan di dunia.  Semua atribut yang melekat pada dirinya lenyap ditelan bumi, mulai dari gelar, pangkat, jabatan, sebutan haji dan berubah menjadi satu kata mayat namanya. Kadar emas adalah karat , sedangkan kadar manusia adalah manfaat. Dalam sebuah peribahasa dikatakan gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan jika manusia mati meninggalkan kebaikan atau jasa jasanya. Sebaik baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya (HR Ahmad ath-Tabrani, ad-Daruqutni). Kata Nabi, dalam nasehatnya yang berharga untuk hari ini dan hari esok bahwa manusia punya tiga harta. Harta yang pertama yaitu yang kita makan akhirnya hilang jadi kotoran, harta yang kedua, yang kita kenakan atau pakai, akhirnya lusuh dan yang ketiga yang menemani kita sampai hari esok adalah infak dan shadaqah kita, yang akan menemani kita hingga hidup setelah mati.

Sering kita mendengar kabar,  yang kadang mengagetkan melalui corong masjid, media sosial dan media elektronik yang lain setiap saat dan tentu ini menjadi sebuah pelajaran atau ibrah yang berharga bagi yang masih diberi kesempatan hidup untuk memperbaiki kehidupannya untuk bekal hidup sesudah mati. Berbagai sebab kematian beraneka, dipanggil dalam waktu yang berbeda dan usia yang beda pula. Sulit untuk diterka tentang kematian, ini sebuah misteri dan hanya Allah yang mengetahuinya. Mati memang harus dipersiapkan dengan menanam amalan yang unggulan serta shadaqah jariyah, yang pahalanya bisa mengalir meskipun orang yang memberi shadaqah sudah meninggal seperti menyumbang untuk pembangunan masjid selama masjidnya masih dipakai untuk beribadah, membangun sekolah, menyediakan sumur atau sumber air, menanam pohon, memberi bantuan untuk fasilitas kesehatan, membantu infrastuktur pedesaan dan memberi mushaf Al Qur’an dan seterusnya. Sedia payung sebelum hujan, kata pepatah, tapi Rosul sudah jauh jauh mengingatkan bahwa orang yang cerdas adalah orang selalu mengingat kematian dan mempersiapkannya.

0 Komentar