Jokowi Kaget Lulusan S2 dan S3 Indonesia 0,45 Persen Kalah dengan Negara Tetangga Kita Malaysia dan Vietnam

Jokowi Kaget Lulusan S2 dan S3 Indonesia 0,45 Persen Kalah dengan Negara Tetangga Kita Malaysia dan Vietnam
Jokowi Kaget Lulusan S2 dan S3 Indonesia 0,45 Persen Kalah dengan Negara Tetangga Kita Malaysia dan Vietnam
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan kaget dengan data yang menunjukkan bahwa rasio jumlah lulusan S2 dan S3 Indonesia terhadap penduduk produktif jauh kalah dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam. Jokowi menyebut bahwa rasio lulusan S2 dan S3 terhadap penduduk produktif di Malaysia dan Vietnam mencapai lima kali lipat dari Indonesia.

“Saya kaget Indonesia di angka 0,45 persen. Negara tetangga kita, Vietnam dan Malaysia, sudah di angka 2,43 persen. Negara maju 9,8 persen. Jauh sekali,” ujar Jokowi pada pembukaan Konvensi Kampus XXIX dan Temu Tahunan Forum Rektor Indonesia di Surabaya, Senin (15/1).

Presiden menegaskan bahwa situasi ini seharusnya tidak terjadi, mengingat Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang unggul untuk bersaing di tingkat global dalam beberapa tahun ke depan. Dia berencana untuk mengumpulkan para menteri guna membahas permasalahan ini dan menyatakan bahwa pemerintah perlu mengalokasikan anggaran untuk mengatasi fenomena ini.

Baca Juga:Niat Puasa Qadha Ramadhan di Bulan Rajab: Menuntaskan Kewajiban Sambil Meraih Pahala SunnahSinopsis Takdir Cinta Yang Kupilih Episode 552: Intrik Kelam dan Penyesalan Bagas

“Saya minggu ini akan rapatkan ini dan mengambil kebijakan, policy, untuk mengejar angka yang masih 0,45 persen,” ujarnya. Meskipun Jokowi tidak merinci asal anggaran, dia menegaskan bahwa pemerintah akan mencari solusi agar rasio lulusan S2 dan S3 Indonesia bisa meningkat secara signifikan.

Jokowi juga mencermati hasil kunjungannya ke Amerika Serikat, di mana dia melihat kampus-kampus di bidang teknologi didominasi oleh mahasiswa dari China dan India, sementara mahasiswa asal Indonesia hanya sekitar lima orang. Hal ini membuatnya menyadari pentingnya pendidikan tinggi sebagai modal bagi negara berkembang untuk maju.

“Saya kemudian berpikir, ‘Oh, inilah yang menyebabkan yang namanya China, Tiongkok, itu melompat maju di 20 tahun terakhir ini dan melampaui negara-negara yang sudah maju,’” katanya.

Dengan perhatian pada permasalahan ini, diharapkan pemerintah dapat segera mengambil langkah-langkah konkrit untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

0 Komentar