Antisipasi Ketidakpastian Unggas

Antisipasi Ketidakpastian Unggas
0 Komentar

OLEH: Jojo

(Mahasiswa Doktoral Ilmu Ekonomi Pertanian IPB)

Wabah Virus Corona (Covid-19) diprediksi  berdampak pada perekonomian nasional, regional dan  global, selain berdampak pada kesehatan masyarakat.  Hal demikian berpengaruh pada kinerja bisnis di mancanegara.

Tak sekedar  bisnis skala kecil dan menengah, bisnis berskala besar pun  berpotensi terkena dampak  pandemi    tersebut. Oleh karena itu, diperlukan langkah antisipasi guna mencegah dampak negatif  lebih besar  agar bisnis  perusahaan bisa bertahan dan tetap berjalan secara optimal.

Dampak Corona terhadap perekonomian nasional mengundang kekhawatiran  sejumlah kalangan.  Menteri Sri Mulyani mengatakan dalam kondisi terburuk  proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 berkisar 2,3 persen karena virus corona. Bahkan, skenario terburuknya ekonomi RI bisa minus hingga 0,4 persen.

Baca Juga:Bantu Penanganan Covid-19, Yayasan Karawang Peduli Turunkan RelawanStatus PSBB 5 Daerah di Jabar Diputuskan Hari Ini

Menghadapi fenomena tersebut, pelaku  bisnis mulai berhitung risiko kemungkinan terburuk, dan langkah antisipasinya. Bisnis perunggasan merupakan salah satu jenis usaha berisiko  tinggi dan diperkirakan  akan menerima dampak dari gejolak  ekonomi tersebut .  Industri biologis  ini, terutama dalam segmen budidaya, sangat berisiko.  Siklus yang  pendek (sekitar 30-35 hari) sangat sensitif terhadap perubahan harga input, harga output dan faktor alam.

Menghadapi situasi  pasar global yang selalu berubah  dalam era disrupsi dicirikan  VUCA & TUNA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) & (Turbulence, Uncertainty, Noble & Ambiguity). Karena itu  perusahaan unggas jangan tersandera menjalankan operasi industri dengan model “business as usual”, tanpa memahami fakta bahwa pasar terus berubah. Perlu langkah cermat menghadapi gejolak pasar yang kian tak menentu.

Prospek Unggas

Secara global, industri unggas ke depan memiliki prospek yang  cerah. Kajian  Rabo Research Food and Agribusiness (2017) menyebut, pasar unggas  global akan bertumbuh  diangka 60 persen kurun waktu 20 tahun ke depan.

Produk unggas (daging ayam dan telur) merupakan komponen pertumbuhan tercepat dalam produksi, konsumsi, dan perdagangan peternakan di pasar domestik. Peningkatan produksi perunggasan memiliki pengganda yang tinggi. Kondisi ini memicu keterkaitan ke belakang  dengan terjadinya pertumbuhan permintaan impor global untuk pakan dan input lainnya. Permintaan impor global tersebut  membuka peluang investasi  dalam kegiatan input (pembibitan, obat-obatan, pakan, dan peralatan). Proses pengolahan, pengemasan, pelabelan, dan penyajian di bagian hilir (keterkaitan ke depan) pun menciptakan nilai tambah ekonomi  tinggi.

0 Komentar