Liberalisasi Seksual Racuni Pendidikan Keluarga Muslim

Liberalisasi Seksual Racuni Pendidikan Keluarga Muslim
0 Komentar

Oleh: Wity

Belum lama ini, seorang public figure melontarkan pernyataan kontroversial terkait paparan konten porno terhadap anak-anak. Mengklaim sebagai orang tua yang berpikir terbuka, sang artis memilih mendampingi anak-anaknya menonton film porno, alih-alih melarangnya.

Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Susanto, menyatakan bahwa sikap demikian tidak dibenarkan. Ia menilai konten porno tak boleh ditonton oleh anak-anak meski diawasi atau ditemani. Menurutnya, konten porno tetap memiliki dampak buruk bagi tumbuh kembang anak. (detik.com, 26/06/2021)

Sayangnya, banyak pihak yang justru mendukung sikap sang artis. Sikap tersebut dinilai sebagai pendidikan seks yang positif dan perlu ditiru para orang tua. Benarkah demikian?

Bahaya Pornografi

Baca Juga:Covid Semakin Merajalela,Islam SolusinyaPPDB, Peran Orang Tua dan Fenomena Kemandirian Siswa

Pornografi adalah konten berbahaya dan nihil manfaat. Apapun alasannya, tak layak orang tua membiarkan anaknya terpapar pornografi. Seperti narkoba, pornografi dapat menyebabkan kecanduan.

Kecanduan pornografi mengakibatkan kerusakan otak yang cukup serius. Kerusakan otak tersebut sama dengan kerusakan otak pada orang yang mengalami kecelakaan mobil dengan kecepatan sangat tinggi. Kerusakan otak yang diserang oleh pornografi adalah Pre Frontal Korteks (PFC). Bagian otak ini berfungsi untuk menata emosi, memusatkan konsentrasi, memahami dan membedakan benar dan salah, mengendalikan diri, berfikir kritis, berfikir dan berencana masa depan, membentuk kepribadian, dan berperilaku sosial. (sardjito.co.id, 30/10/2019)

Pornografi bukan hanya merusak otak dewasa tetapi juga otak anak. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus pelecehan seksual, baik yang dilakukan anak-anak maupun orang dewasa, akibat paparan konten porno.

Agenda Global Racuni Generasi Muslim

Gaya asuh yang diterapkan sang public figure terhadap anak-anaknya merupakan gaya asuh liberal ala Barat. Gaya asuh demikian lahir dari sekulerisme yang menjauhkan aturan agama dari kehidupan. Sungguh memprihatinkan bila keluarga muslim mengadopsi gaya asuh demikian. Ini menunjukkan, pendidikan liberal ala Barat terus meracuni keluarga Muslim.

Barat menjadikan pendidikan seks sebagai program global yang dirancang sedemikian rupa agar diadopsi dan diterapkan di negeri-negeri Muslim. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menyarankan setiap negara di dunia untuk menerapkan pendidikan seksual yang komprehensif, termasuk Indonesia.  Rekomendasi ini berdasarkan pada kajian terbaru dari Global Education Monitoring (GEM) Report, UNESCO.  (cnnindonesia.com, 14/06/2019)

0 Komentar