MANUSIA DAN PARADIGMA BUDAYA

MANUSIA DAN PARADIGMA BUDAYA
0 Komentar

Oleh: Pandu Suryanegara

Mahasiswa UMS, Fakultas Geografi

~ Tinggalkan Logika Pertentangan
Ada sekurang-kurangnya tiga hal sederhana tetapi dasar.

Pertama, saya ingin mengajak masyarakat untuk tidak berada dalam posisi memandang agama dengan memversuskannya kepada budaya. Apalagi buru-buru melihat budaya sebagai bertentangan dengan agama.

Saya mengantarkan pemikiran ke arah basic dulu. Tanpa ini, pembahasan mengenai problematika yang dilontarkan penggagas. pergeseran persepsi masyarakat akan budaya dan agama serta meningkatnya suasana hedonisme, tak akan bisa mencapai tahap pengkajian secara mendasar.

Apa pemahaman dasar yang dimaksud dengan budaya? Itulah poin kedua.
Yaitu, budaya adalah Iguh-nya manusia atau respon manusia terhadap kehidupan. Iguh adalah usaha, ikhtiar, dan kreativitas manusia. Segala yang termasuk ke dalam lingkup kehidupan sangat banyak dan berjenjang jenisnya. Ada yang berwujud perintah agama, ada pula alam semesta, dan ada juga tantangan sosial-budaya. Respon manusia terhadap semua hal itu nanti akan ada hubungannya dengan budaya.

Baca Juga:TKA Merapat, Sudahkah Kebijakan Pro Rakyat?Soal Bansos Covid-19, Kades Marengmang Bantah Pilih Kasih

Sebagai misal, di dalam menjalankan perintah agama sekalipun, ada keperluan kita kepada budaya. Allah memerintahkan kita shalat, dan untuk memenuhi syarat rukunnya, manusia perlu menutup aurat, lalu dibikinlah baju atau rukuh yang sesuai dengan syarat itu.

Upaya manusia membuat busana, sarung, sajadah, dan lain-lain itu adalah wilayah budaya manusia.

Jadi, bukan agama versus budaya, melainkan diterapkannya agama itu membutuhkan kemampuan budaya manusia. Jangan dulu bicara budaya dalam arti kesenian, tetapi pahami terlebih dahulu yang paling inti dan esensial awal dari posisi agama dan budaya di dalam diri manusia. Keduanya, rasa-rasanya saling mengandaikan, justru karena yang menerima pesan-pesan agama itu adalah manusia.

Selanjutnya poin ketiga. Bagaimana manusia merumuskan dan menjalankan iguh-nya terhadap kehidupan.
ada tiga komponen yang memandu manusia dalam membangun iguh-nya itu. Pertama yaitu bimbingan Allah Swt. Artinya, di dalam merespons kehidupan ini, di mana respons-respons itu nanti berwujud budaya, manusia mendapatkan inspirasi dan panduan dari Allah yang menyodorkan kepada mereka nilai-nilai, informasi, dan ilmu. Allah membekali manusia untuk berbudaya.

Pola dan relasi dasar inilah yang kita harus menggenggamnya terlebih dahulu.

0 Komentar