Toleransi Hakiki Hanya Ada dalam Islam

Toleransi Hakiki Hanya Ada dalam Islam
0 Komentar

Oleh Sri Haryati
Ibu Rumah Tangga dan Member AMK

Belum lama ini viral di media sosial, video santri dengan narasi menutup telinga saat mendengar musik di area vaksinasi. Video yang diunggah Diaz Hendropriyono di akun instagramnya, menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Yang menjadi masalah adalah caption yang ditulisnya, “Sementara itu… Kasihan, dari kecil sudah diberikan pendidikan yang salah. There’s nothing wrong to have a bit if fun!” (@diaz.hendropriyono, Senin 13 September 2021).

Berkaitan dengan pro dan kontra yang terjadi, budayawan Sudjiwo Tedjo pun ikut memberikan komentar menohok, “Jangan ngaku demokratis bila ketawa-ketawa ngece melihat mereka menutup telinganya dari musik. Itu hak mereka, hargai,” tulis Tedjo seperti diwartakan Hops.id-jaringan Suara.com, Rabu (15/09/2021)

Senada dengan Sudjiwo Tedjo, putri Gus Dur, Yenny Wahid meminta publik tak menghakimi santri tersebut dengan berbagai stigma negatif. Apalagi, sampai menyebut mereka radikal dan mengarah pada ideologi terorisme. (surakarta.suara.com, 15/09/2021)

Baca Juga:Kekayaan Pejabat Meningkat, Bagaimana Dengan Rakyat ?Dua Wajah Bikin Resah

Aneh memang, ketika umat Islam berpegang teguh dengan akidahnya dan menjalankan aturan-aturan sesuai dengan syariat Islam, seringkali dianggap fanatik, fundamentalis, radikal, hingga dicap teroris. Hanya karena berbeda pandangan seperti kebiasaan masyarakat pada umumnya. Mereka sering mendapat diskriminasi, padahal mereka umat mayoritas di negeri ini.

Indonesia sebagai negara demokratis yang menjunjung kebebasan hak asasi penduduknya, termasuk aturan agama, telah menjamin warga negaranya memiliki hak untuk memeluk agama dan beribadah menurut kepercayaannya.
Tertuang dalam pasal 29 ayat 2 UUD 1945, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Meskipun demikian, negara tetap saja tak mampu melindungi umat Islam dari diskriminasi dan tuduhan-tuduhan terorisme. Justru, umat Islamlah yang sering dikatakan intoleransi. Terbukti saat santri menutup telinga untuk tidak mendengar musik, bukannya diapresiasi, dihormati, ataupun dihargai, malah ramai-ramai diperdebatkan, diolok-olok, dan dianggap fanatik berlebihan.

Justru, seharusnya mereka mendapat apresiasi, karena telah menjalankan toleransi sebagai warga negara yang bersedia divaksin mengikuti anjuran pemerintah. Bahkan, mereka juga tidak protes kepada pihak penyelenggara vaksin yang memperdengarkan alunan musik di tempat tersebut. Terlepas dari perbedaan pendapat hukum musik haram atau mubah, tetap harus menghormati dan menghargai pilihan mereka.

0 Komentar