Pembangunan Industri, untuk Rakyat atau Korporat?

Pembangunan Industri, untuk Rakyat atau Korporat?
0 Komentar

Selain SDA yang melimpah, faktor produksi di Subang relatif masih murah. Seperti upah buruhnya yang relatif rendah [5] dan harga tanahnya yang masih murah. Inilah juga yang menjadi alasan perusahaan kelas dunia asal Taiwan PT Meilon Technology Indonesia (MTI) yang bergerak di bidang pembuatan speaker, resmi memindahkan pabriknya dari Suzhou, Tiongkok ke Taifa Industrial Estate, Pagaden, Subang. Nilai investasi dari relokasi tersebut mencapai USD 90 juta dan diperkirakan bisa menyerap sekitar 3000-4000 tenaga kerja. [6]

Eksploitasi SDM

Konsep Subang Smart Politan bukan hanya menciptakan kawasan industri, melainkan juga mencakup properti komersial, hunian, area rekreasi dan pendidikan. Model pengembangan yang terintegrasi ini sebenarnya adalah design asing yang menghendaki kaffah dalam menghegemoni. Karena bukan hanya SDA nya yang dieksploitasi tapi juga SDM nya didisain untuk mendukung hegemoni Barat.

SDM harus dibuat agar tak menyulitkan penjajah dan menurut pada apa yang diinginkan mereka. SDM yang ada haruslah menjadi sekrup-sekrup pengencang mesin hegemoni Barat. Dibuatlah masyarakat yang apolitis, salah satunya dengan mengkampanyekan radikalisme. Yang sesungguhnya adalah propaganda hitam terhadap ajaran Islam Kaffah, Khilafah.

Baca Juga:Jika China Serius Beralih ke Energi Terbarukan, Bagaimana Nnasib Ekspor Batu Bara Indonesia?Edukasi Penanggulangan Covid-19 Di Bidang Pendidikan Melalui Kegiatan KKNT PPD UPI Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Adanya properti komersial seperti hotel dan juga hunian mewah, akan menggeser lifestyle masyarakat Subang menuju kebarat-baratan. Dari sini akan melahirkan preferensi masyarakat yang  sangat mudah disetir oleh kepentingan korporasi. Seperti Korea Selatan yang tertarik berinvestasi di Subang, mau tidak mau transfer budaya hallyu atau Korean Wave akan terjadi di sana.

Setelah itu, menjadikan masyarakatnya menjadi konsumtif. Karena negara berkembang adalah market besar bagi produksi negara makmur. Adanya Kafe-kafe, Mall, dan wahana hiburan dunia fantasi atau water boom. Bahkan karoke dan kleb malam melengkapi terbentuknya masyarakat dengan lifestyle yang dibentuk korporasi. Inilah penjajahan budaya yang sering kita sebut 3F (food, Fashion end Fun).

Kehidupan yang hedonisme dan juga pendidikan yang mengacu pada kurikulum Barat, akan menjadikan rakyat semakin terbawa arus liberal. Selain itu, kawasan industri biasanya menciptakan ekses negatif terhadap hubungan sosial masyarakatnya. Seperti permintaan PSK yang tinggi dan juga bermunculannya LGBT. Kondiisi ini telah dialami oleh daerah industri pendahulu, seperti Tanggerang, Bekasi dan Karawang juga Purwakarta. Dari sinilah permintaan terhadap bisnis hiburan dan protitusi akan meningkat pesat.

0 Komentar