Pembelajaran MetaKognitif dalam Setting Kolboratif

Pembelajaran MetaKognitif dalam Setting Kolboratif
0 Komentar

Secara umum berdasarkan pendapat – pendapat yang telah diuraikan diatas, dapat dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran, metakognitif lebih cenderung menekankan pada proses memonitor kesadaran mengenai pengetahuhuan, strategi, dan proses berpikir diri sendiri melalui pertanyaan – pertanyaan. Pertanyaan – pertanyaan ini pada dasarnya adalah pertanyaan yang dapat muncul dari diri sendiri dan mempertanyakan kepada dirinya.

Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan metakognitif mendesain model pembelajaran yang mengintegrasikan pertanyaan – pertanyaan yang bersifat metakognitif berkaitan dengan topik yang dipelajari serta pengontrolan terhadap proses berpikir yang dilakukan. Pertanyaan – pertanyaan metakognitif diintegrasikan kedalam bahan ajar secara tertulis dan atau secara langsung melalui lisan dan tulisan untuk menumbuhkan keyakinan dan kesadaran terhadap konsep dan prinsip matematika yang dipelajari serta melakukan pengontrolan terhadap proses berpikir yang dilakukan. Secara lisan pertanyaan guru dan dosen merangsang siswa dan mahasiswa untuk dapat bertanya pada diri sendiri berkaitan dengan topik yang dipelajari.

Prabawanto (2018) menyatakan bahwa pembelajaran metakognitif masih memiliki kelemahan, misalnya mahasiswa akan kebingungan bahkan bisa jadi akan menghentikan pembelajaran ketika ia tidak memahami atau tidak dapat menemukan penyelesaian dari suatu masalah matematis yang sedang dihadapinya. Tentunya mahasiswa tersebut memerlukan bantuan bisa bersumber dari dosen ataupun teman sejawatnya. Bantuan yang diberikan melalui interaksi sosial akan turut mengembangkan perkembangan kognitif mahasiswa tersebut (Tata, 2015). Disisi lain, disebutkan bahwa dalam pembelajaran metakognitif, mengelola hal yang sudah dipelajari sebelumnya atau prior knowledge sebagai bentuk penyadaran terhadap aktivitas kognitif yang terjadipun tentunya akan lebih mudah dikontrol dan dimonitor melalui kelompok-kelompok yang lebih kecil.

Baca Juga:Ponpes Tahfidz Ibnu Hafidz Diresmikan, Berharap Bisa Membawa KeberkahanPedasnya Harga Cabai di Tengah Musim Kemarau

Mahasiswa dalam jumlah yang kecil (kelompok) akan bekerjasama, belajar bersama, berkolaborasi untuk maju bersama pula. Pembelajaran demikian bisa dilakukan dengan pembelajaran kolaboratif (Widjajanti, 2010) karena pembelajaran kolaboratif dapat membantu perkembangan kemampuan berpikir melalui diskusi, mengklarifikasi ide, dan mengevaluasi ide-ide lain (Gokhale, 2010). Kolaborasi juga merupakan salah satu kompetensi kecakapan abad 21 yang harus dimiliki peserta didik (KEMDIKBUD 2017). Pembelajaran kolaboratif ini bisa dipadukan dengan pembelajaran metakognitif dan selanjutnya disebut sebagai pembelajaran metakognitif dalam setting kolaboratif dan diharapkan dapat menfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir siswa maupun mahasiswa. (*)

Laman:

1 2 3
0 Komentar