Problem dan Menyikapi Banyak Sekolah “Tutup Usia”

Problem dan Menyikapi Banyak Sekolah “Tutup Usia”
0 Komentar

Orang tua semakin kritis dalam menyekolahkan anaknya. Ada yang mengkritisi kualitas secara umum baik sarana maupun unsur penunjang yang lain, ada yang mengritis baiknya pelayanan secara personal kepada anak didiknya, ada juga yang mengkritisi dari output siswanya dengan karakter yang berhasil dibangun oleh sekolah tersebut. Setiap daerah memiliki karakteristik masyarakat yang berbeda sehingga sekolah harus bisa membaca masyarakat sebagai user sekolah tersebut. Justru dengan menu sekolah yang berbeda-beda sesuai dengan keunggulan masing-masing, sekolah akan menjadi hetorogen sehingga memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memilih sekolah yang sesuai dengan keinginannya. Kalau sekolah semua menjaga mutu dengan kekhasan masing-masing, kecil kemungkinan sekolah tidak mendapat siswa baru kecuali memang didaerah tersebut jumlah siswa usia sekolah jumlahnya berkurang secra signivikan.
Berapapun jumlah siswanya seorang guru wajib terus memberi pelayanan terbaik. Namun ketika jumlah kuota minimal tidak terpenuhi yaitu 40 siswa untuk jumlah siswa dalam Sekolah dasar, aturan memang mengharuskan sekolah itu untuk ditutup.

Dan ini harus siap, karena perubahan komposisi penduduk terus mengalami pergeseran pula. Dunia ini selalu berubah, termasuk dunia pendidikan juga harus selalu siap menghadapi berubahan. Bukankah lahirnya pendidikan juga untuk menjawab perubahan? Dinamika zaman selalu membawa perubahan, tidak terkecuali pada dunia pendidikan, sesuatu yang tidak dibayangkan , bisa terjadi kapan saja maka pemikiran yang visioner dan adaptasi serta solusi sangat dibutuhkan.

0 Komentar