Silent Majority dalam Politik: Makna dan Implikasinya dalam Pemilu 2024

Silent Majority dalam Politik: Makna dan Implikasinya dalam Pemilu 2024
Silent Majority dalam Politik: Makna dan Implikasinya dalam Pemilu 2024
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES- Silent Majority, Ketika kita membicarakan Pemilu 2024, tidak bisa dilepaskan dari berbagai konten hasil sementara quick count yang menjadi sorotan.

Salah satu istilah yang sering disebut dalam konteks ini adalah “silent majority”. Apakah yang dimaksud dengan istilah ini?

Menurut penjelasan dari laman Cambridge Dictionary, silent majority atau mayoritas yang diam merujuk pada sejumlah besar orang yang tidak menyatakan pendapat dan opini mereka secara terbuka tentang suatu hal, terutama dalam ranah publik.

Baca Juga:Kisah Unik Komedian Komeng: Dari Anak Jual Mobil Pajeronya Hingga Perjuangan PolitikPemilu 2024: Kisah Unik di Balik Pose Komedian Komeng Calon di Surat Suara

Sementara itu, Merriam-Webster menyebutkan bahwa silent majority adalah bagian terbesar dari populasi suatu negara yang tidak aktif terlibat dalam politik dan tidak mengungkapkan pendapat politik mereka di depan umum.

Asal-usul istilah “silent majority” sebenarnya dapat ditelusuri hingga awal abad ke-20.

Menurut Honors Theses yang ditulis oleh Jordan R. Holman dari University of Mississippi, AS, istilah ini pertama kali muncul pada tanggal 24 Juni 1919 di Harrisburg Telegraph dalam sebuah artikel tentang hak pilih pekerja di Pennsylvania.

Istilah ini kemudian muncul kembali dalam konteks pemungutan suara Liga Bangsa-Bangsa pada bulan September tahun yang sama.

Namun, istilah “silent majority” semakin populer setelah Presiden AS 1969-1974 Richard Nixon menggunakannya dalam pidatonya pada 3 November 1969 terkait perang di Vietnam. Istilah ini merujuk pada pemilih Konservatif yang tidak berpartisipasi dalam wacana publik di AS terkait perang tersebut.

Pada Pemilu 2024, istilah “silent majority” kembali menjadi sorotan. Ridwan Kamil, Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Jawa Barat, menyebut adanya silent majority dalam unggahan data quick count yang menunjukkan keunggulan paslon yang didukungnya.

Menurut Ridwan Kamil, silent majority adalah orang-orang yang menyimak tetapi jarang memberikan komentar, serta mereka yang tidak terlibat dalam perdebatan di media sosial terkait politik.

Baca Juga:Resep Nasi Uduk Gurih dan Wangi, Cocok Untuk Sarapan Pagi!3 Resep Mie Gacoan yang Bisa Anda Coba di Rumah, Hidangan Lezat dan Beragam Pilihan Topping yang menggugah Selera

Beliau menegaskan bahwa kebisingan di media sosial oleh minority tidak mencerminkan realitas yang sama dengan apa yang terjadi di lapangan.

Dengan demikian, istilah silent majority dalam konteks politik Pemilu 2024 mengacu pada kelompok warga yang cenderung mempertahankan status quo dan tidak terlibat secara aktif dalam perdebatan publik.

0 Komentar