Tak Punya Biaya, Mirna Menderita Hydrocephalus Tak Mampu Berobat

Tak Punya Biaya, Mirna Menderita Hydrocephalus Tak Mampu Berobat
TERBARING LEMAS.Mirna Wati hanya terbaring lemas ditempat tidurnya. Karena penyakit yang dideritanya itu, ia tak bisa menjalani aktivitas normal seperti anak-anak lain seusianya. ASEP IMAM MUTAQIN/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

CIPATAT-Disebabkan tidak ada biaya untuk berobat ke Rumah Sakit, Mirna Wati (7) warga Kampung Pasirjati Desa Citatah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat (KBB) penderita penyakit hyrocephalus (pembesaran kepala karena penumpukan cairan) hanya bisa terbaring lemas ditempat tidurnya. Bahkan, anak bungsu empat bersaudara dari pasangan suami istri Cucun (45) dan Nyi Ade (42) itu tak bisa menjalani aktivitas normal seperti anak-anak lain seusianya.

Karena pembesaran kepala yang mengakibatkan meningkatnya tekanan pada otak, Mirna tidak bisa berjalan dan berbicara secara normal. Hanya beberapa patah kata yang bisa diucapkan, seperti bapak, mamah, dan teteh. Selebihnya tidak bisa.

Cucun pun mengaku bukan tak ingin mengobati Mirna secara rutin ke rumah sakit, namun faktor biaya menjadi kendala bagi keluarganya. Meski sebelumnya Mirna pernah dibawa ke ruma sakit. Bahkan, dokter yang memeriksanya sudah empat kali sempat datang ke rumahnya untuk memeriksa kondisi Mirna. “Kata dokter yang datang memeriksa ke rumah, tempurung tengkorak anak saya pecah. Dokternya sudah tidak ke sini lagi, karena saya juga sudah tidak punya biaya yang mencukupi. Pernah di bawa ke tabib juga di Cianjur,” ungkap Cucun saat ditemui di rumahnya, Kamis (11/4).

Baca Juga:Anggaran Pengangkutan Sampah ke TPA Legoknangka Bakal MembengkakTimsus 1901 Optimis Sumbangan 60 % Suara

Cucun yang berprofesi sebagai kuli serabutan dengan penghasilan yang tidak menentu itu, ia dan istrinya sudah berjuang dengan berbagai cara agar anaknya bisa kembali sembuh. Namun, lantaran keterbatasan ekonomi, pengobatan pun akhirnya dihentikan saat Mirna menginjak usia 3 tahun. “Selama ini ke rumah sakit juga pakai biaya sendiri. Pengobatan terpaksa dihentikan, soalnya kata pihak rumah sakit di Kota Bandung, harus ada uang sebesar Rp 50 juta untuk kesembuhan Mirna,” ungkapnya.

Sementara itu, keluarganya pun belum tersentuh oleh program layanan kesehatan dari Pemerintah Daerah, baik itu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau Kartu Indonesia Sehat (KIS). “Pernah mengajukan untuk ikutserta program JKN-KIS ke desa, tapi sudah tiga bulan belum ada tindaklanjut. Sekarang saya sama istri cuma bisa berdoa agar Allah memberikan kesembuhan lagi kepada anak saya,” ujarnya.

Lebih lanjut Cucun mengungkapkan penyhakit yang diderita anaknya itu sudah nampak dirasakan Mirna sejak berusian tiga bulan. “Lahir mah normal. Cuma pas masuk umur tiga bulan mengalami kejang dan panas. Dari situ kepalanya mulai membesar. Kepala bagian belakangnya lembek dan seperti ada lubang sebuku jari,” pungkasnya. (sep)

0 Komentar