Visa Taiwan

Visa Taiwan
0 Komentar

Suatu saat saya bangga luar biasa –menjadi bangsa Indonesia.

Hari itu ada penumpang bule di sebelah saya. Begitu akan mendarat di Jakarta ia panggil pramugari. Untuk minta formulir imigrasi.

Sebelum pramugari menjawab saya sudah menjelaskan padanya: tidak perlu lagi isi formulir. Dada saya rasa ingin meledak –saking bangganya.

Saya juga bangga pada Taiwan. Yang memilih menggunakan akal sehat itu. Itu yang saya senang. Akal sehat selalu dipakai.

Meksiko lebih pinter lagi. Bagi yang sudah punya visa Amerika tidak perlu lagi mengurus visa Meksiko.

Ke internet pun tidak perlu. Langsung saja datang ke Meksiko.

Karena itu saya bisa keluar-masuk Meksiko. Setiap kali berada di Texas selatan saya masuk ke negara yang kini lagi sulit itu –khususnya sulit menjual pesawat kepresidenannya.

ALMO, Presiden Meksiko sekarang, sangat marah sejak masih kampanye dua tahun lalu. Marah kepada presiden saat itu: kok membeli pesawat kepresidenan yang begitu besar. Yakni Boeing 787. Yang harganya USD 300 juta lebih.

“Itu tidak cocok untuk Meksiko. Semua kota di Meksiko bisa dijangkau dalam 2 jam penerbangan,” ujar ALMO —singkatan dari Andres Manuel Lopez Obrador.

Begitu terpilih sebagai presiden ia pun langsung jual itu pesawat.

Tidak laku-laku.

Padahal sudah ditawarkan jual rugi: hanya USD 179 juta.

Pernah ALMO menawarkannya langsung ke Presiden Donald Trump –yang ia idolakan dan ia ikuti jejaknya.

Pun Trump tidak perlu bayar pakai uang. Cukup dibayar dengan barang apa pun yang diperlukan rakyat miskin Meksiko.

Sayangnya Trump pun tidak mau membelinya. Bahkan merespon penawaran itu pun tidak.

Pesawat itu pun terus memakan biaya –pemeliharaan dan sewa hanggar. Mubadzir. AMLO sendiri selalu naik pesawat komersial.

Saya juga pernah ke Mexico City dan Guadalajara tanpa visa –karena sudah punya visa Amerika itu.

Dulu untuk ke Taiwan tetap harus mengurus visa. Yang menerbitkan visa adalah kantor perwakilan dagang Taiwan di Jakarta –fungsinya mirip kedutaan.

Taiwan tidak punya kedutaan di Indonesia karena kita menganut prinsip One China Policy –seperti umumnya negara lain di dunia.

0 Komentar