ATARAXIA

Belajar Filsafat
0 Komentar

Pojokan 73

Jelas tak sama! Namun seolah memiliki sifat ilahiyah yang universal.
Sejak manusia hadir di muka bumi dan mengenal kebutuhan hidup serta berinteraksi, “Dia” begitu dibutuhkan dan berkuasa. “Dia” bisa menjadikan seseorang berwajah “bak nabi” yang penuh welas asih atau pengemis atau menjadi wajah sebengis, sesadis si angkara murka. Tak bernurani!

Mahkluk yang satu ini pun, punya daya evolusi teramat kenyal dan fleksibel. Evolusi yang menakjubkan. Tak ada makhluk di kolong langit yang berevolusi sedemikian dahsyat dan elegan seperti makhluk ini. “Dia” berevolusi dan bertiwikrama sekaligus.

“Dia” juga memiliki kemampuan survival of the fittest (kemampuan adabtasi dalam kehidupan) di segala masa. Beradabtasi disegala cuaca politik, ekonomi, budaya, dan siapapun penguasanya. Juga adabtasi dengan yang memegangnya. “Dia” bisa melahirkan kekuasaan yang korup, diktator lalim, penjilat dan pemburu rente. Wajah-wajah bertopeng yang tak terhitung rupanya pun sering tampil. Namun juga wajah-wajah biasa berbalut kemanusiaan dan filantropis. Mengantarkan kepada kebahagian dan keberkahan umat.

Baca Juga:Cara Menggunakan Kipas Angin yang Benar Saat Tidur!Akhirnya Bupati Subang Rekomendasikan Kenaikan Upah 5 Persen

Makhluk yang disebut “Dia” itu, adalah “Uang”. Uang sebagai alat tukar, telah digunakan manusia dan memiliki daya tawar yang sangat agung. “Rahim” yang paling nyaman bagi uang adalah kapitalisme, yang digagas Karl Maxs. Sebab selain sebagai rahim, kapitalisme juga bermutasi menjadi virus yang lebih imun bagi “uang”. Uang memiliki sifat universal.

Sifat universal uang menjadikannya mampu bermutasi-bertiwikrama dalam berbagai macam format. Kertas, koin, saham, logam mulia, rumah, tanah, gedung, kolam renang, pulau, laut, hutan rimba, mobil odong-odong sampai mobil sport termewah dan bentuk kekayaan lainnya. Juga peniti, bros bahkan sekedar gantungan kunci. Dia juga bisa hadir tak kasat mata, virtual, menjadi bit coin, crypto, pulsa, kuota internet, listrik juga ide.
Penganut hedonism –anak kandung kapitalisme, pasti sepakat atas keagungan, kesaktian dan kekuasaan “uang” ini.

Mereka memuja kesenangan inderawi dan membutuhkan alat untuk meraihnya. Dan alatnya adalah uang. Uang bagi penganut madzhab hedonism, menjadi sumber kebahagiaan. Dan uang dihasilkan dari kerja atau usaha. Madzhab hedonisme yang diwahyukan oleh Aristippus dari Kyrene, (433 – 355 SM) memaparkan bahwa manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi.

0 Komentar