Budidaya Jamur Tiram Berjuang di Tengah Pandemi, Harga Jual Tidak Stabil Pengaruhi Pendapatan Petani

Budidaya Jamur Tiram Berjuang di Tengah Pandemi, Harga Jual Tidak Stabil Pengaruhi Pendapatan Petani
0 Komentar

CIJAMBE-Dampak pandemi Covid-19 begitu nyata terhadap perekonomian masyarakat. Hal itu dirasakan langsung warga Desa Cirangkong Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang.

Namun untuk tetap bertahan hidup, sebagian masyarakat berusaha bangkit dan terus berkarya secara mandiri, seperti yang dilakukan para petani jamur tiram yang tergabung dalam Kelompok Tani Jamur Muncul Jaya Makmur (MJ2). Meski di tengah pandemi, para petani dituntut untuk terus produktif agar bisa menghidupi keluarga.

Ketua Kelompok Tani Jamur Muncul Jaya Makmur, Hernawan menuturkan terbentuknya kelompok tani yang dipimpinnya. Berawal dari pengalaman dirinya yang putus asa terhadap usaha peternakan yang terdampak pandemi Covid-19. Agar tetap bisa menafkahi keluarga, dirinya mencoba melakukan budidaya jamur tiram.

Baca Juga:Membangkitkan Semangat Petani dengan TeknologiDinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang Usulkan Rp2 Miliar Bikin Sodetan

“Awalnya saya sendiri belajar budidaya jamur dari teman. Setelah itu, saya bisa produksi baglog sendiri. Dan alhamdulillah setelah hampir 1,5 tahun ini, banyak warga lain yang ikut budidaya jamur dan dari situ kita bentuk kelompok untuk saling sharing permasalahan,” ungkap Hernawan saat dihubungi Pasundan Ekspres, Kamis (9/12).

Dia menyebut tujuan dibentuknya kelompok tak lain untuk mensejahterakan masyarakat terutama petani jamur. “Minimal mereka punya penghasilan, meski tidak besar tapi setidaknya bisa untuk makan sehari-hari,” sebutnya.

Dia menambahkan saat ini kelompok yang dipimpinnya memiliki 13 anggota yang tersebar di tiga RW Desa Cirangkong. Dalam sehari, rata-rata produksi jamur mencapai 120 kilogram dari total kurang lebih 20.000 baglog jamur.

“Jika cuaca bagus rata-rata produksi bisa sampai 120 kilogram perhari, tapi kalau musim hujan seperti saat ini hanya sekitar 60 kilogram perhari,” ujarnya.

Di musim hujan, kata dia, kuantitas produksi jamur menurun. Selain itu, harga dipasaran pun ikut turun yang berdampak pada pendapatan petani. “Harga normal untuk jamur tiram putih Rp 11.000 per kilogram, dan jamur tiram coklat Rp16.000 per kilogram,” ujarnya.

Namun saat ini, lanjut Hernawan, harga mengalami fluktuasi, paling rendah untuk jamur tiram putih sampai Rp7.500 per kilogram, dan untuk jamur tiram coklat paling rendah di harga Rp9.000 per kilogram.

“Itu harga bisa berubah, tergantung cuaca. Paling tinggi harga jamur putih Rp 8.500 dan jamur coklat 14.000 per kilogram,” paparnya.

0 Komentar