Catatan Harian Dahlan Iskan: Juara Koleksi

Catatan Harian Dahlan Iskan: Juara Koleksi
Catatan Harian Dahlan Iskan: Juara Koleksi
0 Komentar

Rio ingat ketika pertama membeli mobil listrik. Belum banyak stasiun charging. Ia pernah kehabisan listrik di tengah perjalanan. Di kota Jakarta. Ia datangi tempat charging terdekat: lagi rusak. Ia pindah ke charging yang lebih jauh: juga rusak. Akhirnya Rio ke bengkel Hyundai. Ditolak

“Alasannya, saya beli mobilnya tidak di situ,” ujar Rio.

Ia ngotot. Pemilik bengkel menyerah. Ups… Rio yang menyerah. Ia harus membayar Rp 200.000 sekali charging. Apa boleh buat. Demi mobil listrik.

Itu dulu.

Sekarang Hyundai sudah lebih baik. Pemilik mobil Hyundai bisa isi listrik di bengkel Hyundai yang mana pun. Tanpa dipungut harga setrum.

Baca Juga:Sebanyak 80.547 Ton Padi Diprediksi Akan Dipanen Saat Puncak Panen Padi di Kabupaten Purwakarta30 Persen Pemilik Kendaraan di Kabupaten Bandung Barat Menunggak Pajak Kendaraan, Samsat: Manfaatkan Program Pemutihan

Saya juga kehabisan listrik –lagi. Rabu sore kemarin. Saat saya ke Pesantren Takeran, Magetan. Ada rapat di situ.

Tesla itu dikemudikan Mas Tomy C. Gutomo dari Surabaya. Saya sendiri naik mobil dari Jakarta. Kami akan bertemu di Takeran. Setelah rapat di pesantren itu saya bisa bersama Mas Tomy kembali ke Surabaya. Sudah ditunggu rapat lainnya.

Saya sudah berpesan pada Mas Tomy: tolong listrik dihemat. Jangan ngebut dan jangan injak gas nyendat-nyendat. Kang Sahidin pernah ke Takeran pakai Tesla. Bersama saya. Boros listrik. Bukan hanya ngebut tapi selip-selip apa saja. Dikejar waktu.

Tiba di Takeran listrik Kang Sahidin tinggal 119 km. Pasti tidak cukup untuk kembali ke Surabaya. Teman-teman SMK PSM Takeran memang sudah menyiapkan charging darurat. Tanpa pernah lihat Tesla.

Tidak berfungsi.

Kami tetap kembali ke Surabaya. Dengan listrik yang ada. Gaya mengemudi kang Sahidin memang sudah berubah, tapi listrik terlalu sedikit.

Sampai di Jombang tinggal 20 Km. Jelas tidak cukup. Kami pun mampir ke percetakan Tabloid Nyata. Di Jombang. Dibikinlah charging darurat. Ada ahli listrik yang berpengalaman di situ.

Beres.

Kami tidak kapok. Ingin coba lagi ke Takeran pakai Tesla. Sekalian riset kecil-kecilan: apakah ketika Kang Sahidin diganti Mas Tomy ada bedanya.

Ada. Sedikit. Sedikit sekali.

Baca Juga:Kang Hengki: Mahasiswa dapat Memberdayakan Ekonomi MasyarakatBuka Kafe Bernuansa Alam Hutan Pinus di Subang, Termotivasi Ingin Mandiri hingga Buka Lapangan Kerja

Waktu dari Jakarta –exit tol Ngawi– saya mampir di pusat Jamaah Tabligh di Temboro, antara Ngawi dan Takeran. Saya lupa ingatkan kembali Mas Tomy: hemat listrik!

0 Komentar