Cerita Kacub Petani yang Konsisten 30 Tahun Produksi Gula Aren, Apik Jalankan ‘Ritual’ yang Memakan Waktu Lama

Cerita Kacub Petani yang Konsisten 30 Tahun Produksi Gula Aren, Apik Jalankan 'Ritual' yang Memakan Waktu Lama
PRODUKSI GULA AREN: Kacub petani aren dari Desa Cibeusi Kecamatan Ciater. ACEP WILDAN SOLAHUDIN/ PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES-Inilah sosok Kacub petani aren dari Desa Cibeusi Kecamatan Ciater. Di tengah tengah perkembangan zaman yang serba canggih, Kacub masih konsisten selama 30 tahun memproduksi gula aren yang dia ambil dari kebun miliknya.

Berawal dari melihat potensi yang dimiliki Desa Cibeusi. Di desa ini pohon aren bisa dibilang tumbuh dengan sendirinya di sekitar wilayah perkebunan maupun sawah. Membuat Kacub berinisiatif untuk memanfaatkan potensi tersebut sebagai mata pencaharian.

Kacub memiliki pohon aren dari pemberian atau peninggalan orang tuanya dulu dan sebagian lagi pohon aren dia beli dari warga sekitar.

Baca Juga:Dahlan Iskan Yakin Indonesia Pasti MajuDi 10 Kuartal Berturut-turut, Indosat Catat Laba Bersih Rp1,9 T di Semester I 2023

Total sekarang ia memiliki lima puluh lebih pohon aren, namun pohon tersebut tidak ia sadap berbarengan. Melainkan bergantian disetiap harinya.

Perjuangan Kacub untuk mendapatkan air nira ini tidaklah mudah. Dia harus memanjat pohon aren yang besar dengan ketinggian 6 sampai 8 meter. Selain harus memanjat pohon ia juga harus mempersiapkan pohon untuk siap sadap.

“Proses pengambilan air nira itu lumayan lama sekiranya butuh waktu satu bulan untuk bisa keluar air atau siap sadap,” katanya kepada Pasundan Ekspres, belum lama ini.

Sebelum disadap pohon harus disiapkan terlebih dahulu dengan cara tertentu agar air yang dihasilkan melimpah.

Pertama, pohon aren harus dibuka pelepahnya terlebih dahulu. Kemudian setelah dikupas bagian yang akan disadapnya lalu dipukul-pukul setiap tiga hari sekali. Itu dilakukan selama 6 kali. Selanjutnya bunga dari pohon tersebut harus diayun-ayun terlebih dahulu sebelum ketahap penyadapan.

Setelah dipukul-pukul selama 18 hari itu, secara berangsur-angsur kemudian seminggu dari itu setiap pagi dan sore pohon diiris sedikit demi sedikit agar air nira keluar. Setelah terlihat air nira keluar dengan cukup deras, selanjutnya pasangkan wadah dari bambu yang telah disiapkan.

“Setelah melewati berbagai proses, pohon aren siap untuk disadap, penyadapan dilakukan selama satu hari satu malam,” ujarnya.

Baca Juga:Realisasi Investasi di Karawang Capai Rp12,554 T, Serapan Tenaga Kerja Capai 2.209 OrangRestitusi: Sebuah Upaya Mengembalikan dan Menuntun Kodrat Peserta Didik

Menurut Kacub, ia bisa menghasilkan kurang kebih 15 liter air nira perharinya dan langsung dimasak atau direbus. Perebusan dilakukan menggunakan wajan besar dan harus menggunakan api yang stabil agar hasilnya maksimal.

0 Komentar