Guru Bermental Miskin? 

Guru Bermental Miskin? 
0 Komentar

Oleh. Dr. Drs. Raya Erwana, M.Pd.

(Kepala SMAN 1 Cigombong Kab. Bogor) 

Terkesan dengan unggahan seseorang di tiktok mengenai seseorang yang bermental miskin. Dia mengungkapkan bahwa dia teringat dengan kata-kata Jack Ma yang merupakan seorang pebisnis berkebangsaan Tiongkok. Dia merupakan pendiri sekaligus Chairman Eksekutif dari Alibaba Group, perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok. Dia merupakan warga Tiongkok Daratan pertama yang pernah muncul di majalah Forbes dan terdaftar sebagai biliuner dunia. (Wikipedia) yang menyatakan tentang orang-orang yang bermental miskin.

Orang-orang yang bermental miskin itu adalah orang-orang yang susah dilayani. Ketika mereka diberi sebuah peluang dengan gratis, mereka pikir itu jebakan. Ditawarkan investasi kecil, katanya hasilnya tidak besar. Ditawarkan investasi besar, katanya tidak punya modal. Diajak melakukan hal-hal yang baru, mereka berpikir bahwa mereka tidak punya pengalaman. Diajak bisnis tradisional, katanya persaingannya berat sekali di luaran sana. Diajak bisnis model baru, katanya itu model multilevel marketing. Diajak buka toko, katanya mengeluh tidak bisa bebas. Diajak apa saja, mereka tidak punya keahlian dan pengalaman.

Jadi orang-orang yang bermental miskin ini selalu berpikir lebih daripada seorang profesor, tetapi bertindak lebih sedikit daripada seorang buta. Jikalau ditanyakan kepada mereka, apa yang sudah mereka lakukan terhadap hidup mereka? Niscaya mereka akan susah untuk menjawab apa yang ditanyakan. Padahal hidup ini berjalan terus dan tanpa mereka sadari, mereka sedang menyia-nyiakan hidup mereka yang singkat dan hanya sementara di dunia ini.

Baca Juga:BAYANG-BAYANG HAM MENGHANTUI GURU (bagian 2/habis)BAYANG-BAYANG HAM MENGHANTUI GURU (1) 

Jadi, tidak terbayang sudah jika ada guru di jaman sekarang ini mempunyai mental miskin seperti orang-orang yang bermental miskin sebagimana diuraikan di atas. Sudah bisa dipastikan bahwa mereka akan susah untuk dilayani. Ketika guru tersebut diberi sebuah peluang untuk mengembangkan karir, dia pikir itu adalah sebuah jebakan. Ditawarkan sebuah pelatihan keahlian, katanya hasilnya untuk apa. Ditawarkan untuk mencoba karir lebih atas, menjadi kepala sekolah atau pengawas, katanya tidak punya kemampuan ke arah sana. Diajak melakukan hal-hal yang baru, mereka berpikir bahwa mereka tidak punya keberanian. Diajak untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara variatif, katanya semua persiapannya berat sekali. Diajak untuk mempelajari kurikulum model baru, katanya itu model yang sangat susah dipelajari dan diterapkan. Diajak membuka bimbingan belajar, katanya mengeluh tidak bisa bebas. Diajak apa saja, mereka tidak punya keahlian dan pengalaman.

0 Komentar