“HAJI & KEMANUSIAAN”

“HAJI & KEMANUSIAAN”
0 Komentar

Dalam ibadah haji seluruh jemaah haji harus mewujudkan persaudaraan umat islam pada khususnya dan umat manusia pada khususnya, sebagai manifestasi ajaran tauhid ketika orang-orang dari berbagai penjuru dunia bertamu ke baitullah. Ibadah haji tidak hanya memiliki dimensi ritual semata, melainkan memiliki dimensi kemanusian yang sangat signifikan, Ibadah haji merupakan salah satu musyawarah akbar seluruh umat islam sedunia.

Dalam perhelatan sakral ibadah haji, setiap muslim bertemu dan bersaudara dengan muslim lain lainnya tanpa membedakan asal usul, tingkat materi, perbedaan madzhab. Semuanya sama dihadapan Allah SWT. Ibadah haji berhasil menciptakan sebuah persamaan dan keseteraan sesama umat manusia ini.

Dengan pakaian ihram putih tak berjahit, semua orang memakainya dengan mencampakkan terlebih dahulu semua atribut dunia yang melekat dalam dirinya. Tidak ada perbedaan sama sekali antara orang kaya dengan yang miskin, antara penguasa dan rakyat.

Baca Juga:Atasi Kekeringan, Petani Diajak Tanam Padi GogoTim RT 11 Juara Sepakbola Antar RT Desa Bojong Jaya

Semuanya sama dengan lafadz dzikir dan bacaan ritual yang sama, menyadarkan arti penting persatuan dan kesatuan sesama anak cucu adam. Mereka semuanya bergerak menghadap kepada Allah dengan mengucapkan nama Allah dengan penuh pengharapan dan khusu serta memasrahkan diri. Kesombongan dipaksa mencair dan justru semuanya merasa lemah dihadapan Allah. Semua manusia disadarkan kembali akan eksistensi dirinya dihadapannya.

Dalam prespektif Islam, pengalaman rasional dan spiritual yang dilalui oleh Nabi Ibrahim mengantarkan kepada keyakinan tentang tauhid sebagai suatu kebenaran hakiki. Ajaran ini meletakkan Allah SWT sebagai sumber kehidupan, moralitas, bahkan eksistensi itu sendiri.

Tanpa-Nya yang ada hanya kehampaan. Keyakinan seperti ini akan berimplikasi langsung kepada keharusan untuk menampakkan eksistensi dalam kehidupan nyata, sehingga manusia dan dunia dapat menyaksikan dan menikmati kehadiran sang pencipta dalam bentuk kehidupan yang teratur, harmonis dan seimbang.

Rasulullah SAW telah mengajarkan, bahwa kita dituntut untuk menyembah hanya kepada Allah SWT, menyakini Allah SWT sebagai sumber kebenaran di alam semesta. Allah yang mengendalikan seluruh makhluknya.

Keyakinan seperti itu menunjukkan segala sesuatu selain Allah SWT merupakan makhluk yang tidak memiliki sedikit pun untuk diperlakukan sebagai tuhan, pada saat yang sama,hal itu mengambarkan ketidakbolehan manusia untuk diperlakukan semena-mena atau direndahkan, karena manusia dihadapan Allah adalah sederajat.

0 Komentar