Kemarau, Kekeringan di Topografi Karst dan Kemunculan Sungai Bawah Tanah yang Menggemparkan

Kemarau, Kekeringan di Topografi Karst dan Kemunculan Sungai Bawah Tanah yang Menggemparkan
0 Komentar

Kolaborasi keempat lembaga tersebut memiliki peran yang berbeda . Civitas Academica Fakultas Geografi UMS dengan menggunakan pendekatan speleology berbasis managemen bencana melakukan berbagai aksi meliputi penelusuran gua , pemetaan gua sampai pada analisis ketersediaan dan kebutuhan air sebagai bagian dari aksi besar melakukan mitigasi bencana kekeringan. Berbagai penelitian  gua di Pucung dengan bantuan foto udara infra merah dan intertpretasi foto serta caving yang dilengkapi dengan alat pecinta alam berbasis geografi. Produk dari kerja lapang ini adalah membuat peta distribusi goa dan posisi serta karakteristiknya dan menemukan sungai bawah tanah di goa suruh yang monumental karena berjuta tahun, sungai ini tidak pernah ada yang menjamah. Begitu datang anak pecinta alam Fakultas Geografi UMS menjadi barokah bagi masyarakat pucung.

Penemuan  goa suruh yang dibawahnya ada sungai bawah tanah pada kedalaman 44 m di bawah tanah jadi menggemparkan warga saat itu sekitar tahun 2000 an . Aktivitas berikutnya adalah mensurvai beda tinggi agar air sungai bawah tanah bisa diangkat dan didistribusikan ke seluruh warga. Alhamdulilah, ini usia yang 8 tahun masyarakat pucung sudah tidak lagi  mengalami kekeringan dan sudah waktunya mengganti pompa di dalam goa sampai dua kali  karena keausan alat dan korosi dengan bantuan mahasiswa pecinta alam Fakultas Geografi UMS. Pemda Wonogiri, Dewan Dakwah Jateng dan pemdes Pucung berkontribusi dalam pendanaan dan penyediaan fasilitas listrik serta sarpras lain seperti infrastruktur jalan, kabel, pipa, sehingga terjalinlah sinergi perguruan tinggi dengan pemerintah serta lembaga keagamaan.

Kini masyarakat Pucung telah terbebas dari kekeringan karena debit sungai bawah tanah pada puncak musim kemarau sebesar 2 liter per detik, angka yang fantastis dan berdasarkan survai konsumen air yang dilakukan oleh mahasiswa pecinta alam baik dari segi kuantitas maupun kualitas air sungai bawah tanah, lebih dari cukup( baru terpakai 50-60 persen )  dan layak untuk dikonsumsi dengan catatan harus dimasak dan diendapkan bila untuk memasak. Sudah tidak lagi terlihat truk tangki pembawa air dijual pada masyarakat karena sungai bawah tanah karunia ilahi telah mencukupinya. Bahkan sebagian masyarakat telah memasang meteran di rumah, sehingga bagi mereka yang mampu, tak perlu lagi mengantri di bak penampungan air.

0 Komentar