Kesalehan Individu dan Sosial dalam Ibadah Haji dan Qurban (bag 1)

Kesalehan Individu dan Sosial dalam Ibadah Haji dan Qurban (bag 1)
0 Komentar

oleh:

1.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta )
2.DR.H.Ibnu Hasan,M.S.I.( Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng)
3.Drs. Jajang Susatya,MSi ( Dosen dan Kaprodi Pendidikan Geografi Unwidha )

CINTA ADALAH PENGORBANAN
Cinta itu perlu pengorbanan
Berkorban sebagai bukti kecintaan
Cinta itu syarat dengan kedekatan
Cinta bukan omongan tapi dibuktikan
Hingga terlihat sejauh mana cintamu kau buktikan
 
Berkorban, beratkah?
Berat bagi mereka yang tak mampu walau mau
Berat bagi mereka yang mau tapi tak mampu
 
Berkorban, ringankah?
Ringan bagi mereka yang mampu dan mau
Ringan bagi mereka yang ada dan bersedia

Setiap perintah agama mengandung himah
Petiklah hikmah yang tersurat dan tersirat
Agar engkau menemukan hakekatnya

Baca Juga:Kepergok Curi Motor, Meregang Nyawa Usai Dihakimi MassaEksekusi Lahan Warga di usun Krajan Diduga Janggal

Berqurban bukan saja ibadah ritual semata
Ibadah sosial jadi dambaan
Berbagi kebahagiaan tuk alam seisinya

Ibadah haji bukan simbol status
Bukan pula simbol tingkatan manusia
Haji adalah simbol kedekatan dan ketaqwaan 

Sepenggal bait puisi di atas menggambarkan dinamika qurban dan haji adalah keikhlasan dan kedekatan kepada Sang Pencipta karena unsur kecintaan, pengorbanan apapun termasuk buah hati kita.

Kecintaan terhadap sesuatu menjadikan dia dekat dan tulus bukan takut dan tidak menurut. Cinta menjadikan kita ikhlas berbuat termasuk mengorbankan milik kita meskipun berat dirasakan tapi ikhlas dilaksanakan. Hikmah qurban adalah sebuah kecintaan kepada sang pencipta dan mahluk ciptaannya.

Maka dalam beberapa ayat selalu ditekankan dan disandingkan betapa tidak cukup jadi orang beriman akan tetapi dilanjutkan dengan kata orang yang berbuat kebaikan atau beramal shaleh. Mereka itulah yang yang akan menempati surganya Allah, sebaik baiknya pahala bagi orang yang beribadah. Maka sebuah kisah yang sering dijadikan contoh oleh para penyebar ilmu agama bahwa ada orang yang rajin sholat tahajud tapi karena egois gak pernah berempati pada lingkungannya maka oleh Malaikat tidak dimasukkan dlam catatan orang yang dekat dengan Allah.

Beriman harus diikuti dengan kepedulian sosial. Itulah perspektif yang harus dikembangkan dalam memahami ajaran agama, termasuk konsep rezeki, tidak dalam arti yang sempit berupa harta atau kekayaan , akan tetapi kesehatan, pasangan suami isteri, anak yang sholeh, itu semua bagian dari rezeki yang diberikan Allah.

0 Komentar