Keshalehan Individu Dan Sosial Dalam Ibadah Qurban Dan  Haji

Keshalehan Individu Dan Sosial Dalam Ibadah Qurban Dan Haji
Keshalehan Individu Dan Sosial Dalam Ibadah Qurban Dan Haji
0 Komentar

Oleh1.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen Senior pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta  )2.Prof.DR.H.Suwarno,MSi (Guru Besar Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Purwokerto)

  CINTA KAN KUBUKTIKANKatamu….Cinta itu sebuah pengorbananKataku….Berkorban itu bukti kedekatanOleh-NYA  qurban diperintahkan dalam Al Qur’anHingga terlihat sejauh mana cintamu kau realisasikan

Beratkah berkorban?Berat bagi tak mampu tapi mauBerat bagi yang mampu tapi tapi tak berilmuBerat bagi orintasinya duniamu bukan akheratmu

Baca Juga:Peran Penelitian Klinis Dalam Pembelajaran MatematikaAnalisis Konten Dalam Pembelajaran Matematika

Banyak mereka yang mampu tapi tak berqurban dan berhajiAda yang kurang mampu, sigap berqurban dan mempersiapkan hajiMereka  yang belum terpanggil untuk menjalankan keduanyaMenunggu hidayah menghampirinya, tunggu saatnya tiba

Ringankah berkorban?Ringan bagi mereka yang mampu dan mauRingan bagi mereka yang ada dan bersediaRingan bagi mereka yang telah mempersiapkannya

Ibadah hajipun demikianKarena kedekatan dan keikhlasanUntuk menuju surga yang didambakanHidup abadi di alam nanti ketika kita kembali

Haji adalah panggilan hatiHaji adalah kesempurnaan beragamaMenunaikannya harus bersih hatinyaTuk raih haji yang diterima ibadahnya

Puisi pembuka artikel tersebut menggambarkan dinamika ibadah qurban dan haji adalah keikhlasan dan kedekatan kepada Sang Pencipta, pengorbanan apapun termasuk buah hati kita. Berat atau ringan yang dirasakan oleh pelaku, sangat relatif sifatnya. Bagi orang yang beriman maka ibadah adalah  kewajiban yang harus dilaksanakan secara istiqamah karena perintah Tuhan, tidak ada kata berat dalam melaksanakannya.  Anak adalah amanah yng diberikan oleh Allah SWT kepada sebuah keluarga. Memiliki anak adalah dambaan setiap keluarga dalam perspektif islam. Mereka adalah buah hati, hasil cinta kasih kedua orang tuanya yang kelak akan melanjutkan dakwah di bumi. Sebuah pasangan suami isteri tentu sangat menunggu kehadiran buah hati yang didambakan, sebagai bukti kejantanan seorang lelaki dan kepiawaian seorang perempuan. Bila tidak segera memiliki anak maka akan menurunkan kepercayaan diri pasangan suami isteri dan menjadikan minder bergaul dengan lingkungan sekitarnya baik di  masyarakat maupun di tempat kerja. Jadi betapa mulianya kehadiran anak dalam sebuah keluarga, sebagai hasil  kasih sayang, investasi masa depan, investasi pelindung orang tua di usia lansia dan meneruskan perjuangan da’wah di masa datang.

0 Komentar