Menyoal Isu Radikalisme di Kota Pangkal Perjuangan

Menyoal Isu Radikalisme di Kota Pangkal Perjuangan
0 Komentar

Sebenarnya isu radikalisme itu dari siapa dan menyasar siapa?

Secara, terminologi radikal yang membentuk istilah radikalisme, awalnya berasal dari bahasa Latin radix, radices, yang artinya akar (roots). Istilah radikal dalam konteks perubahan kemudian digunakan untuk menggambarkan perubahan yang mendasar dan menyeluruh. Berpikir secara radikal artinya berpikir hingga ke akar-akarnya. Hal ini yang kemudian besar kemungkinan akan menimbulkan sikap-sikap anti kemapanan (Taher, 2004: 21).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), radikal diartikan sebagai “secara menyeluruh”, “habis-habisan”, “amat keras menuntut perubahan”, dan “maju dalam berpikir dan bertindak”. Dalam pengertian yang lebih luas, radikal mengacu pada hal-hal mendasar, pokok dan esensial.

Berdasarkan konotasi yang luas, kata itu mendapatkan makna teknis dalam berbagai ranah ilmu, politik, ilmu sosial. Bahkan dalam ilmu kimia dikenal dengan istilah radikal bebas. Adapun istilah radikalisme, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, cet. Th.1995, Balai Pustaka, didefinisikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

Baca Juga:Jelang Natal dan Tahun Baru, Tim Gabungan Sidak ke Lapas SubangCatatan 1 Tahun Jimat Akur, ASN Wajib Pahami Visi Misi

Menurut, Prof. Suteki S.H., M.Hum. Pakar Sosiologi Hukum & Filsafat Pancasila menyampaikan bahwa war on radikalisme merupakan lanjutan dari proyek war on terorisme.

“Dulu kita dengar istilah perang melawan terorisme namun istilah itu terlalu berat untuk direalisasikan. Dengan isu perang melawan radikalisme dirasa lebih
mudah digunakan untuk menyasar siapa saja”. (lbhpelitaumat.com/2019/11)

Isu radikalisme sebenarnya bukan isu lokal, namun isu global yang syarat akan kepentingan penguasa. Pemerintah mendapatkan tiga benefit dari isu radikalisme.

pertama yaitu menutupi kegagalan rezim terutama dalam bidang ekonomi. Kedua membungkam kelompok sakit hati yang tidak kebagian jatah jabatan dan ketiga menggebuk musuh politik yang susah ditundukkan. (lbhpelitaumat.com)

Akan tetapi pada faktanya Perang melawan radikalisme adalah perang melawan Islam. Ketika ada individu, sekelompok atau organisasi Islam yang menginginkan perubahan secara mendasar ini yang kemudian akan dicap sebagai kelompok Islam radikal. Nah, ini yang kemudian menyebabkan opini lanjutan yang berkembang di masyarakat yaitu islamphobia (takut terhadap Islam) khususnya yang dialami oleh orang- orang non muslim. Bahkan orang Islam sendiri pun merasa takut akan ajaran agamanya sendiri.

0 Komentar