Nenek Anih Warga Kampung Babakan Buer Pabuaran Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni, Mengaku Tak Miliki KTP

Nenek Anih Warga Kampung Babakan Buer Pabuaran Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni, Mengaku Tak Miliki KTP
PEDULI: Kapolsek Pabuaraan saat berkunjung ke kediaman Anih warga Kampung Babakan Buer, Desa Karanghergar, Kecamatan Pabuaran. CINDY DESITA PUTRI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

SUBANG-Di tengah pemukiman perkampungan itu terlihat lahan berumput, di sekitar lahan tersebut tampak sebuah gubuk kecil berdinding bilik bambu dengan penyangga yang hampir keropos lantai beralaskan tanah, dan atap rumah yang bocor.

Bangunan itu tak begitu terlihat besar, kemungkinan hanya berukuran 2×3 meter yang kalau dilihat sekilas atau secara kasat mata gubuk itu sangat tidak layak untuk dihuni, dan mungkin orang tidak akan menyangka jika gubuk berukuran kecil tersebut memiliki seorang penghuni.

Namun ternyata perkiraan kita keliru, gubuk itu faktanya tempat tinggal nenek renta yang hidup sendiri. Nenek renta tersebut bernama nenek Anih,  Anih tidak tahu pasti umurnya saat ini, namun ia mengaku usianya mungkin lebih dari 70 tahun.

Baca Juga:Karya Nyata Bukan KataMasa Jabatan Akan Habis, DPRD Purwakarta: Belum Ada Pembahasan Soal Pengganti Bupati Anne

Anih sudah puluhan tahun hidup di gubuk tak layak huni tersebut sejak suaminya meninggal dunia. Kini Anih pun hidup sendiri sebatang kara, lebih mirisnya lagi gubuk yang ditinggalinya itu menumpang di atas lahan milik orang lain.

Selain itu, tidak jarang hawa dingin sering merasuki tubuh wanita paruh baya ini dikala malam hari. Namun diusia senjanya, Anih mengaku pasrah dengan keadaan.

“Saya tidak punya apa-apa, anak tidak punya, suami sudah meninggal. Gak apa-apa hidup dengan keadaan begini mungkin sudah takdir dari yang diatas,” ucap Anih dengan penuh pasrah.

Di usianya yang sudah renta dan tak sanggup lagi bekerja, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Anih makan hanya dari pemberian tetangga. Ya, itupun hanya sekadar kebutuhan makan saja, sementara untuk kebutuhan lainnya tidak ada yang membantu.

Hal itulah yang membuat prihatin, karena saat sudah menginjak usia tua Anih sudah tidak mampu bekerja seperti dulu lagi.

Walaupun, sesekali ia memaksakan diri harus mencari sisa-sisa padi di sawah milik orang lain atau sekadar menyapu di halaman rumah tetangga untuk mendapatkan penghasilan sebagai penyambung hidupnya.

Tak hanya itu, di gubuk tempat ia tinggal pun tak terdapat kamar mandi. Sehingga untuk keperluan Mandi Cuci Kakus (MCK) ia harus berjalan kaki ke selokan yang dekat rumahnya.

0 Komentar