Pojokan 180, Plausible

Pojokan 180, Plausible
0 Komentar

Pojokan 180, Plausible

Nasehat itu murah, ada dimana-mana.

Seperti Starbucks keliling (starling) yang dikayuh sepeda, untuk menyebut pedagang kopi keliling, yang bisa ditemukan dimana-mana.

Yang mahal itu menasehati diri.

Percis mahalanya secangkir kopi di tempat tertentu.

Mahal bukan sebab kopinya, justru kadang musabab tempatnya.

Tapi itulah, nasehat hanya seperti kemasan kopi.

Semua orang bisa menjumputnya dimana pun.

Perihal nasehat mahal itu, berkaitan dengan diri sendiri.

Jika boleh saran, jangan pernah membeli nasehat yang mahal.

Lantaran mahal, pemicunya berkaitan dengan apa yang menimpa diri sendiri.

Dan itu rasanya sakit-perih melebihi sayatan apapun.

Lebih parah lagi, jika apa yang menimpa diri sendiri itu tak dianggap sebagai nasehat.

Direspon dengan nafsu dan dendam.

Itu yang mahal dari nasehati diri.

Dan soal nasehat diri, bisa macam-macam.

Semua orang punya macam nasehat diri.

Ada yang positif ada yang negative.

Akar dari nasehat diri adalah cara berpikir.

Cara berpikir negative yang dilandasi emosi, apologie dan distortif bahkan obstruktif (menghalangi).

Atau cara berpikir positif.

Baca Juga:24 Ribu Rumah Tangga di Jabar Dapat Sambungan Listrik Gratis dari Pemerintah dan PLNCOP28 Dubai Dibuka, Dirut PLN Paparkan Inovasi dan Ajak Kolaborasi Global Untuk Capai NZE Nasional 2060

Respon cara berpikir itu yang menjadi nasehat dan dasar pengambilan keputusan.

Yang harus diwaspadai adalah keputusan masuk akal menurut ukuran akal sehat atau nafsu.

Sebab itu -akal sehat- yang akan menjadi dasar keputusan dan nasehat.

Akal-pikiran dan nafsu adalah kuda kehidupan kita.

Pikiran mau diajak kemana saja bisa, alhasil pikiran didukung oleh kecendrungan seolah masuk akal.

Kekang dari kuda adalah cara berpikir kita.

Tak terkecuali cara berpikir negative dan positif selalu berebut menguasai kekang kuda.

Perebutan itu menentukan jalannya hidup dan masa depan.

Dan yang susah memang memahami cara berpikir sendiri.

Itulah yang menyandera pikiran.

Pikiran kita kadang tersandera pada Plausible.

Membenarkan emosi dan kekurangan untuk membela diri.

Plausible selalu berkilah tentang kekurangan diri dan menutup aib.

Menutup diri dari menerima nasehat diri.

0 Komentar