Tangis Petani Subang Jelang Lebaran, Tak Punya Uang untuk Beli BBM Traktor

Tendi, seorang petani asal Kampung Bunder, Kelurahan Dangdeur, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang.
MALDIANSYAH/PASUNDAN EKSPRES MENGADU: Tendi petani asal petani asal Kampung Bunder, Kelurahan Dangdeur, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, mengadu ke Anggota DPR RI Dedi Mulyadi terkait nasibnya sebagai petani kecil.
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES-Dalam hitungan hari mayoritas masyarakat Indonesia akan menyambut Hari Raya Idul Fitri 2023 dengan penuh suka cita. Tapi di balik itu banyak kisah sedih yang dialami oleh masyarakat.

Salah satunya yang dialami oleh Tendi, seorang petani asal Kampung Bunder, Kelurahan Dangdeur, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang.

Disaat orang lain tengah sibuk mempersiapkan hari raya, Tendi yang merupakan petani kecil ini masih bergulat memikirkan untuk modal menggarap sawah.

Baca Juga:Rencana Pemekaran Kabupaten Bandung Utara Terus Bergulir, KPKBU Lakukan Penguatan TimKader PKB Purwakarta Dukung Saeful Huda Maju di Pilgub Jabar 2024

Kisah pilu Tendi itu tak sengaja ditemukan oleh Kang Dedi Mulyadi. Saat itu Kang Dedi yang tengah berkeliling menggunakan motor melihat seorang pria tua yang memiliki kelainan kaki kecil baru pulang dari sawah. Pria itu tak lain Tendi.

Dalam obrolan terungkap jika Tendi terpaksa turun mencangkul sawah sendiri karena tak memiliki modal membeli BBM untuk traktor.

Di tengah keterbatasan fisik, ia setiap hari pergi untuk mencangkul sehingga membutuhkan waktu lama hingga sawah siap ditanam.

“Ini butuh sekitar 20 hari lagi baru mulai tebar. Saya setiap hari turun cangkul. Karena kondisi kaki seperti ini paling sehari dapat sedikit. Kalau pakai traktor sehari juga selesai,” ucap Tendi.

Ia pun sempat pasrah dan berharap bisa mendapatkan pekerjaan lain seperti menjadi kuli bangunan dengan pendapatan minimal Rp 50 ribu sehari. Sebab sebagai petani yang memiliki sawah garapan kecil ia tak pernah merasa untung.

Belum lagi, kata Tendi, selain membeli BBM traktor ia juga harus membeli pupuk yang harganya mahal dan langka. Ditambah ia harus membayar orang untuk tandur karena kondisi fisiknya yang tak memungkinkan.

“Sekarang mah pacul terus. Mau pinjam uang juga takut gak ada buat bayarnya. Sekarang jadi petani ripuh pisan (menderita sekali). Sekarang beras di dapur saja cukup sampai musim tandur, nanti setelahnya harus beli,” katanya.

Baca Juga:Segini Harta Kekayaan Wali Kota Bandung Yana Mulyana yang Terjaring OTT KPKWali Kota Bandung Yana Mulyana Terjaring OTT KPK

Meski begitu di tengah keterbatasan keuangan dan fisik Tendi terus bertahan menjadi seorang petani. Untuk memaksimalkan pendapatan ia pun berkebun pisang dan menanam pohon kayu yang bisa dipanen sekitar 5 tahun ke depan.

Saat disinggung soal pupuk, Tendi mengaku menyiasatinya dengan kotoran kambing dan ayam yang langsung disebar ke sawah. Begitupun dengan bibit ia mengandalkan dari petani lain karena jika beli di toko harganya dianggap mahal.

0 Komentar