Toleransi Hakiki Hanya Ada dalam Islam

Toleransi Hakiki Hanya Ada dalam Islam
0 Komentar

Dari Nafi’ bekas budak Ibnu ‘Umar, beliau berkata:

عُمَرَ سَمِعَ ابْنُ عُمَرَ صَوْتَ زَمَّارَةِ رَاعٍ فَوَضَعَ إِصْبَعَيْهِ فِى أُذُنَيْهِ وَعَدَلَ رَاحِلَتَهُ عَنِ الطَّرِيقِ وَهُوَ يَقُولُ يَا نَافِعُ أَتَسْمَعُ فَأَقُولُ نَعَمْ. قَالَ فَيَمْضِى حَتَّى قُلْتُ لاَ. قَالَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ وَأَعَادَ الرَّاحِلَةَ إِلَى الطَّرِيقِ وَقَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَسَمِعَ صَوْتَ زَمَّارَةِ رَاعٍ فَصَنَعَ مِثْلَ هَذَا

Ibnu Umar pernah mendengar suara seruling dari seorang pengembala, lalu beliau menyumbat kedua telinganya dengan kedua jarinya. Kemudian beliau pindah ke jalan yang lain. Lalu Ibnu ‘Umar berkata, “Wahai Nafi’, apakah kamu masih mendengar suara tadi?” Aku (Nafi’) berkata, “Iya, aku masih mendengarnya.”

Kemudian, Ibnu ‘Umar terus berjalan. Lalu, aku berkata, “Aku tidak mendengarnya lagi.” Barulah setelah itu Ibnu ‘Umar melepaskan tangannya dari telinganya dan kembali ke jalan itu lalu berkata, “Beginilah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendengar suara seruling dari seorang pengembala. Beliau melakukannya seperti tadi.” (HR. Ahmad).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

اللَّهُمَّ إلَّا أَنْ يَكُونَ فِي سَمَاعِهِ ضَرَرٌ دِينِيٌّ لَا يَنْدَفِعُ إلَّا بِالسَّدِّ

“Demi Allah, bahkan mendengarkan nyanyian (atau alat musik) adalah bahaya yang mengerikan pada agama seseorang, tidak ada cara lain selain dengan menutup jalan agar tidak mendengarnya.” (Kitab Majmu’ Al Fatawa 11/567)

Baca Juga:Kekayaan Pejabat Meningkat, Bagaimana Dengan Rakyat ?Dua Wajah Bikin Resah

Dijelaskan oleh murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yaitu Ibnul Qayyim rahimahullah. Beliau mengatakan, “Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan, dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Ingatlah, Al-Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati, karena keduanya itu saling bertolak belakang.”

Imam Syafi’i, seorang ulama besar imam Mazhab Syafi’iyah yang dijuluki Nashih Al-Hadits, saja dapat kehilangan hafalan. Kala itu, beliau melihat seorang wanita tanpa sengaja yang sedang menaiki kendaraannya, lantas tersingkap pahanya. Karena tidak sengaja, hafalan beliau bisa terganggu. Maka wajar saja, ketika para penghafal Al-Qur’an enggan mendengar musik demi menjaga hafalannya.

Namun aneh, ketika ada masyarakat yang sering menyerukan toleransi, tapi tak bisa menerima perbedaan cara pandang. Lebih dari itu, mereka sering mengolok-olok perbuatan atau perbedaan cara pandang umat mayoritas di negeri ini. Apalagi terhadap umat Islam yang menyeru kepada Islam kafah. Mereka akan dengan mudah memberikan label radikal, intoleransi, bahkan teroris.

Sebenarnya, istilah intoleransi merupakan upaya mendiskreditkan Islam sekaligus melanggengkan agenda sekularisasi di tengah masyarakat muslim. Telah sangat nyata, toleransi yang mereka maksudkan adalah kesediaan umat Islam menerima berbagai pemikiran atau aktivitas yang sebagian besarnya tidak sesuai Islam. Sementara, intoleransi yang mereka perangi adalah sikap berpegang teguhnya kaum muslim dalam menjaga akidahnya dan untuk taat pada aturan-aturan Islam.

0 Komentar