Belajar Tidak Harus Selalu di Kelas

Belajar Tidak Harus Selalu di Kelas
Berfoto Bersama siswa SMA Al-Aziz IBS, Bandung Barat di Puncak Gunung Burangrang
0 Komentar

Bentang alam beragam di kawasan Bandung Barat mendukung pembelajaran berbasis alam di SMA Al-Aziz Islamic Boarding School. Salah satu ikon di Kabupaten Bandung Barat adalah Gunung Burangrang yang lokasinya tak jauh dari SMA Al-Aziz IBS. Menurut T. Bachtiar (Tim Riset Cekungan Bandung) toponimi Gunung Burangrang berasal dari kata rang yang berarti jarang namun secara kenampakan nama burangrang ini diambil dari keadaan gunung yang berlereng jarang. Gunung Burangrang merupakan salah satu gunung yang termasuk dalam bagian geomitologi sunda kisah cinta terlarang anak Dayang Sumbi kepada ibunya.

Ia terpikat kecantikan sang ibu yang telah lama berpisah, menyadari hal tesebut adalah cinta terlarang maka sang ibu pun memberi syarat tak masuk akal yaitu membangun perahu sebelum mentari terbit. Dalam geomitologi ini dikisahkan anak Dayang Sumbi menebang pohon besar yang akan digunakan untuk membuat perahu, tunggul pohon yang tersisa diyakini menjadi Bukit Tunggul dan sisa-sisa rantingnya membentuk Gunung Burangrang. Sementara badan kayunya dibuat menjadi perahu, menyadari perahunya hampir rampung Dayang Sumbi menaburkan boerarang dan fajar menyingsing, merasa gagal sang anak pun menendang perahu terbalik membentuk Gunung Tangkuban Parahu.

Kegiatan pendakian ini menjadi ajang belajar siswa dalam melatih kesabaran, kerjasama tim, daya analisis, kerja keras, pantang menyerah dan strategi manajemen perjalanan. Setiap siswa memiliki peranannya masing-masing selama pendakian, mulai dari leader, medis, logistik hingga swiper.

Baca Juga:Botobo dalam Kurikulum MerdekaMonoton: Sebuah Permasalahan Klasik dalam Pembelajaran

Pendakian Gunung Burangrang ini ditempuh dalam waktu 3.5 jam dengan medan beragam, mulai dari landai, terjal bahkan pijakan penuh akar pepohonan. Setiap siswa memiliki kemampuan dan daya tahan yang berbeda dalam menyikapi tantangan, melalui kegiatan pendakian ini siswa yang memiki daya tahan tinggi mampu memotivasi dan menoleransi rekan pendakiannya yang memiliki daya tahan rendah, sehingga terbentuk rasa empati dan setia kawan.
Selain pendakian kegiatan lainnya yaitu rapelling dan renang defensif di sekitar Curug Bubrug.

Kegiatan ini melatih keberanian, ketenangan dan kehati-hatian peserta didik dalam menghadapi masalah dan tantangan. Model pembelajaran berbasis alam seperti ini mampu memicu siswa untuk berpikir kritis dan bertindak cepat tepat, terlebih ketika mereka dihadapkan dengan keadaan darurat seperti latihan survival dan simulasi SAR.

0 Komentar