Masjid, Mati dan Menyikapinya

Masjid, Mati dan Menyikapinya
0 Komentar

Oleh
1.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Penasehat takmir masjid Al Ikhlas,Gudang, Sumberejo, Klaten selatan )
2.DR.H.Ibnu Hasan,MSi (Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah)

Banyak berdiri masjid megah , lebih megah dari rumah jamaahnya ,di sekitar kita bahkan juga di tempat strategis pinggir jalan besar yang menghubungkan antar kota di Indonesia, termasuk di tempat pelayanan umum seperti restaurant, SPBMU, rest area dan tempat umum lainnya. Fenomena bertebarannya masjid menjadi identitas bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius , membangun masjid sebagai wahana mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

Dibalik kemegahan masjid yang berdiri tegak baik dengan beaya umat maupun bantuan dari luar negeri , masih menyisakan persoalan yang krusial yang ada di depan mata kita yaitu masih relatif sedikit umat kita yang suka memakmurkan masjid, itu artinya bahwa pembangunan masjid yang megah belum disertai dengan memakmurkan masjid.

Baca Juga:Buntut Mekanisme Penjualan Tiket, Viking Subang Masih Boikot Nonton Persib di StadionRevitalisasi Stadion Persikas Direspon Positif Pengggemar Sepak Bola

Persoalan yang kedua adalah kita perlu memberdayakan umat atau memakmurkan umat, tidak sekedar memakmurkan masjid. Umat di sekitar masjid harus mendapat pelayanan yang baik dalam hal kebutuhan pokok dan kebutuhan pendidikan. Persoalan yaneungang ketiga terkait dengan masih adanya pengelolaan keuangan masjid yang kurang transparan dan belum ada audit meski dari kalangan internal meskipun banyak masjid sudah melakukannya.

Apapun yang terjadi bahwa masjid memiliki peran yang strategis untuk membina umat agar memiliki kecerdasan moral, intelektual dan sosial meskipun belum sepenuhnya bisa terwujud. Konsep masjid di jaman Rosulullah perlu dihidupkan kembali terutama perannya terhadap kehidupan baik di dunia maupun akherat.

Fungsi masjid pada saat itu adalah sebagai pusat ibadah, pusat pendidikan, pusat ekonomi, pusat informasi, pusat kesejahteraan umat, penerima tamu dan pusat tawanan perang. Jadi ada disebut sebagai pusat informasi baik untuk kepentingan internal maupun masyarakat luas yang ada di sekitar masjid termasuk memberi tahu jika ada orang yang meninggal melalui corong masjid.

Setiap kita mendengar berita lelayu melalui corong masjid yang disampaikan silih berganti antara masjid satu dengan lainnya, rasanya ada rasa deg deg an. Saat si anu telah meninggal dan disebut berkali kali oleh masjid yang berbeda, maka pertanyaannya : Apakah kita bisa mengambil ibrah atau pelajaran dari suara kabar kematian yang dikumandangkan melalui corong masjid? Andaikan nama yang disebut itu suatu saat nanti adalah kita , sudah siapkah untuk menghadapinya ? Dalam QS As-Sajdah ayat 11 disebutkan : “ Katakanlah, malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawamu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan”. Kita akan meninggalkan dunia fana dan kematian adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya. Kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Kita akan meninggalkan rumah kita yang selama ini dihuni di atas tanah dan akan berhijrah ke rumah di bawah tanah. Hanya amal yang kita bawa hingga hari pengadilan.

0 Komentar