Masyarakat Lansia yang Hidup di Pedesaan Memaknai Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19
0 Komentar

Bagi mereka yang memiliki uang lebih memilih untuk memborong hand sanitizer dan masker. Namun, berbeda bagi kalangan yang memiliki uang yang pas-pasan akan lebih memilih untuk rutin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Padahal sudah dijelaskan dan ditekankan bahwa pola bersih diri yang utama dan pertama yaitu rajin mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir.

Banyak stigma yang bermunculan terkait pandemi covid-19 yang tak kunjung usai ini, terutama untuk masyarakat kelas menengah ke bawah, terlebih lansia yang hidup di desa. Mereka pasti tidak paham betul bagaimana awalnya virus corona muncul dan menyebar hingga seperti saat ini, yang mereka pahami ialah bagaimana cara agar terhindar dari virus corona salah satunya yaitu dengan berdiam diri di rumah.

Sayur sangat penting untuk kesehatan

Untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari masyarakat dapat memanfaatkan segala jenis sayuran yang ada di kebun dekat rumah, seperti daun pepaya, kangkung, daun singkong, dll.Tidak sulit bagi mereka untuk beradaptasi menjalani kehidupan yang saat ini serba terbatas. Bahkan, mungkin sebelum adanya pandemi covid-19 pun kebutuhan mereka sudah terbatas dan memanfaatkan hasil kebun yang ada.

Baca Juga:Hj. Yoyoh Ruhimat Kunjungi Dapur Umum Program Gasibu di Kampung Sumurama Desa SumbersariBantu Penanganan Covid-19, Taruna Merah Putih Salurkan 1000 APD

Lain halnya dengan mereka yang terbiasa dan dituntut untuk bekerja dan melakukan segala aktivitasnya bersinggungan dengan orang banyak. Tentulah, awal masa karantina mereka akan sangat merasa keberatan dan kerepotan dengan berubahnya segala sistem menjadi online.

Masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah menganggap bahwa kehadiran corona menjadi suatu bencana bagi roda perekonomian mereka. Para lansia pun juga merasakan dampak dari pandemi yang tak kunjung usai ini.

Biasanya di hari raya lebaran rumah mereka ramai akan anak, cucu, sanak saudara yang berbondong-bondong datang untuk bersilaturahmi. Namun, berbeda dengan lebaran tahun ini, dimana semua kegiatan silaturahmi dialihkan menjadi online. Terasa hambar tahun ini karena kultur saling memaafkan dengan langsung bertatap muka menjadi sirna, itulah kondisi psikhlogi manula yang sangat menyedihkan.

Jangan biarkan kesepian

Untuk orang tua yang diberi alat telekomunikasi seperti hp mereka bisa saja dengan mudah bertukar kabar melalui telepon. Akan tetapi, untuk lansia yang kurang mampu, hal tersebut sama sekali tidak akan pernah mereka rasakan. Rasanya moment lebaran yang biasanya di warnai dengan keceriaan kali ini harus ia sendiri yang merasakan kesepian.

0 Komentar