Mengasah Bakat Berbahasa Inggris dengan Pembelajaran yang Menyenangkan

Mengasah Bakat Berbahasa Inggris dengan Pembelajaran yang Menyenangkan
0 Komentar

Oleh :
Nurmalasari,S.Pd (Guru Bahasa Inggris SMAN 1 Way Jepara,Lampung Timur)

“Do you like English, Students?” Ini merupakan pertanyaan yang lumrah dari seorang guru bahasa Inggris. Namun, luar biasa ketika banyak peserta didik menjawab, “NO!” Lalu, bagaimana solusinya agar mereka lebih bergairah dalam belajar? Bahkan sebagian besar siswa menyatakan bahwa mereka tidak memiliki bakat bahasa inggris. “ Bahasa Inggris saya buruk bu “ ujar salah satu siswa ketika diminta untuk mengikuti sebuah lomba di sekolah penulis.

Bahasa Inggris adalah salah satu mata pelajaran wajib di sekolah menengah atas. Bagi peserta didik yang memiliki bakat berbahasa baik bahasa ibu maupun bahasa asing tidaklah sulit untuk mempelajari bahasa inggris.

Baca Juga:Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau untuk Subang Terus Naik, Dinkes dan RSUD Terima Paling BesarHarus Raih 10 Kursi di DPRD Subang, Partai NasDem Berjuang Usung Calon Bupati Sendiri

Berbicara mengenai bakat bahasa maka ada beberapa aspek yang harus kita penuhi agar bakat bahasa bisa dimiliki peserta didik .“Wow di miliki! Berarti bakat bahasa bisa di tumbuhkan. Is it right ?” Oleh karena itu berbakat dalam bahasa juga bisa dimiliki semua orang .” Everyone are able to be goot at English. It’s amazing !”

Mari kita cermati pernyataaan (Carroll, 1981, hlm. 86) tentang definisi tradisional dari bakat bahasa. Menurut beliau bakat bahasa adalah “suatu keadaan awal individu dari kesiapan dan kapasitas untuk belajar bahasa asing, dan kemungkinan fasilitas dalam melakukannya dengan adanya motivasi dan kesempatan” Konseps ini menggambarkan bakat bahasa sebagai suatu sifat, dalam arti menunjukkan stabilitas dalam jangka waktu yang lama dan bisa di asah melalui latihan yang teratur.

Pandangan bakat bahasa sebagai sifat bawaan, bagaimanapun, telah lama dipertanyakan (lihat misalnya, Neufeld, 1978). Baru-baru ini, pertanyaan ini semakin intensif (lihat Singleton, 2014), terutama sejak perkembangan konsensus luas bahwa memori kerja perlu diakui sebagai komponen penting dari kemampuan bahasa (lihat Wen, 2016). Memori kerja juga pernah dianggap sebagai suatu sifat, tetapi sekarang diakui sebagai fasilitas yang bisa berubah jika ada pengaruh pengalaman dan instruksi (lihat misalnya, Williams, 2012).

Beberapa sekolah menengah, universitas, atau institusi lain akan menafsirkan kemampuan belajar bahasa yang rendah sebagai tanda ketidakmampuan belajar bahasa. Bakat bahasa merupakan salah satu faktor penting yang menentukan prestasi akhir bukan di awal proses pembelajaran.

0 Komentar