Nasib Nelayan pada Era Korporasi

Nasib Nelayan pada Era Korporasi
0 Komentar

Otomatis, untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan pembenahan infrastruktur dengan menyiapkan pelabuhan besar sebagai jalur perdagangan internasional, di antaranya pelabuhan Patimban yang tengah dalam tahap pembangunan.

Pelabuhan Patimban sendiri dipersiapkan untuk untuk ekspor mobil dan berbagai produk otomatif dari Indonesia ke Asia, Afrika maupun Amerika (Detik Finance, 03/12/18).

Pelabuhan Patimban merupakan bagian dari kota baru Patimban seperti dilansir dari website resmi pemerintah dan berbagai situs berita lokal maupun nasional bahwa Patimban akan dibentuk menjadi kota baru yang dikembangkan oleh developer untuk menjadi kawasan superblok yang dilengkapi apartemen, mal UMKM, dan mal ekslusif yang berbatasan langsung dengan pelabuhan.
Untuk pelabuhan sendiri, secara total luas pelabuhan sekitar 654 hektar dengan rincian 300 hektar untuk terminal peti kemas dan terminal kendaraan, serta 354 hektar akan diperuntukkan back up area, berisi area pergudangan, perkantoran, pengelolaan, dan area bisnis. Proyek pembangunan dilakukan dalam tiga tahap. (Bisnis Bandung, 23/06/20).

Baca Juga:Terungkap, Mayat di Tarum Timur Binong Ternyata Korban PembunuhanSyahrul Gunawan Maju di Pilbup Bandung

Untuk pembukaan pengoperasian terbatas ditargetkan Oktober 2020. Pemerintah daerah dan provinsi akan mempermudah perijinan kepada pengelola Patimban dalam pengoperasian pelabuhan (Bisnis Bandung, 24/06/20)

Mimpi mega proyek tersebut mendorong pemerintah provinsi untuk membuka pintu investasi dengan konsep new high technology zone alias kota yang memiliki zona berteknologi tinggi untuk industri termasuk di Pelabuhan Patimban. Para investor inilah yang akan mengelola kota baru tersebut (Radar Cirebon, 27/06/20).

Termasuk investasi untuk akses masuk ke Pelabuhan Patimban sebesar Rp 7,1 triliun (Bisnis Ekonomi, 28/06/20).

Semua investasi menggunakan mekanisme KPBU (kerjasama pemerintah dan badan usaha) dengan melibatkan badan usaha (investor) untuk menyediakan dan mengelola infrastruktur publik selama jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan antara pemerintah dengan investor. Mekanisme KPBU digunakan pada pembangunan pelabuhan Patimban.
Pembangunan pelabuhan internasional Patimban diperkirakan menelan investasi sebesar Rp 43 triliun dengan rincian 79% dari utang ke Jepang, 11% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan sisanya 10% dari badan usaha pengelola pelabuhan (https://www.gaikindo.or.id/pelabuhan-patimban-berpeluang-dikelola-oleh-astra-dan-mitsubishi/).

JICA (Japan International Cooperation Agency) sebagai perwakilan pemerintah Jepang yang terlibat dalam pembangunan pelabuhan Patimban. Kerja sama pembangunan bersifat goverment to goverment (G to G) antara pemerintah Jepang dengan Indonesia (Katadata, 10/01/17).

0 Komentar