Netizen, Peserta Didik dan Keadilan

Netizen, Peserta Didik dan Keadilan
0 Komentar

Menurut https://www.kompasiana.com menyatakan bahwa rata-rata para netizen Indonesia menggunakan waktunya untuk bermain sosial media sebanyak 3 jam 14 menit dalam sehari. Waktu tersebut merupakan waktu yang terlama di atas rata-rata global 2 jam 25 menit. Netijen Indonesia bahkan memperoleh peringkat 9 di dunia, ranking 2 di ASEAN.

Selain sebagai pengguna media sosial yang terlama dalam penggunaan waktu, Indonesia juga menjadi pengguna internet terbanyak.

Pengguna internet Indonesia sebanyak 73.7%. Terlebih kecepatan mengakses netijen Indonesia sangat cepat karena 96.4% menggunakan mobil device. Jadi wajarlah jika pengaruh secara kualitas dan kuantitas netizen Indonesia sangat berpengaruh signifikan.

Baca Juga:Telkomsel Jaga Bumi Gandeng Volta, Hadirkan Program Bundling Motor Listrik Bernilai Tambah untuk Pengurangan Emisi Karbon Sektor TransportasiSatpol PP dan Satlinmas Penting Jaga Kamtibmas

Berdasarkan kekuatan yang besar dari para netizen dan sebagian netizen adalah terdiri dari para peserta didik, maka menjadi tugas seluruh civitas akademik yang berkaitan dengan pelaku pendidikan bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Pertumbuhan dan perkembangan dalam karakter yaitu cara berpikir, bertata bahasa perlu dikembangkan ke arah positif. Arah positif yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Peserta didik dituntut untuk dapat menggambarkan profil pelajar Pancasila.

Namun terkadang justru ada hal yang dilupakan. Hal yang dilupakan adalah para pendidik yaitu orang tua, guru, masyarakat melupakan dirinya bahwa Pancasila harus dipahami, dihayati, dan dilakukan terlebih dahulu oleh orang tua, guru, dan masyarakat. Orang tua dan guru sebagai tokoh pembangun profil pelajar Pancasila, akan membuat anak-anak merasa dicintai, dihargai, serta dihormati.

Orangtua seharusnya mengajarkan agar anak memahami dan menghargai perasaan orang lain dan lingkungannya. Para guru dan orang tua khususnya ibu, akan lebih memberi arti kehidupan bagi peserta didik yaitu anaknya jika memberikan teladan dan contoh yang nyata. Contoh nyata yaitu menunjukkan tentang bagaimana cara melakukan sesuatu. Cara menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu dengan menggunakan ajakan, saran, serta ejekan atau sindiran halus untuk mendisiplinkan anak, dan menghindari konfrontasi langsung dengan anaknya.

Akhirnya para orang tua, guru, dan masyarakat menjadi contoh hidup untuk tujuan membangun peserta didik sesuai dengan profil pelajar Pancasila sehingga Indonesia menghasilkan netizen-netizen yang berbudi luhur.

0 Komentar