Pelajaran Kuburan

Pelajaran Kuburan
0 Komentar

Apakah di negara komunis masih ada kuburan?
Tentu saja sudah tidak ada. Yang disebut kuburan itu adalah rumah abu. Semua jenazah harus dibakar. Abunya disimpan di “apartemen abu”. Pemerintah menyediakan rumah abu itu. Berikut rak-raknya. Yang jumlahnya ribuan.

Abu itu ditempatkan di guci. Atau apa pun. Diberi nomor. Didaftar. Ditempatkan sesuai dengan nomornya. Keturunannya lah yang menyimpan baik-baik nomor itu. Setiap Cing Ming di depan nomor itulah mereka sembahyang. Sambil meletakkan makanan-makanan kesukaan almarhum.

Itu dulu.
Sekarang pemerintah melarang peziarah membawa makanan. Terlalu sulit menyediakan tempat makanan itu. Juga sulit membuangnya. Kini peziarah hanya boleh membawa seuntai bunga.

Baca Juga:Dandim 0619/Purwakarta Cek Kesiapan PemiluEdukasi Millenial Bangun Kesadaran Keluarga

Pun letak bunga itu tidak boleh di tempat masing-masing. Cukup diletakkan di satu altar bersama.

Pemerintah juga melarang peziarah naik mobil pribadi. Macet. Tidak ada tempat parkir. Semua harus naik bus. Dari terminal bus. Yang sudah disiapkan secara khusus. Pemerintah setempat sangat sibuk mengatur mudik Cing Ming ini.

Tentu saja masih tetap ada kuburan. Di Tiongkok. Khusus untuk orang Islam. Saya pernah ke kuburan seperti itu. Kesasar. Tapi justru jadi paham tentang kuburan.

Hari itu adalah Idul Fitri. Saya berada di rumah sakit. Ingin saya: ikut salat Id di masjid terdekat.

Saya pun cari taksi. Minta diantar ke tempat orang Islam berkumpul di hari lebaran seperti ini. Sopir taksi itu mengiyakan dengan penuh semangat. “Saya tahu,” katanya.

Saya mulai curiga. Kok jauh banget. Lalu saya tegaskan bahwa saya ingin kumpul dengan orang-orang Islam. Yang akan bersama-sama salat.
“Iya. Saya tahu,” katanya.
Akhirnya saya tersenyum.
Ternyata saya dibawa ke kuburan.

Istri saya tertawa ngakak. Padahal dia sudah pakai mukena.
Sopir itu tidak salah. Kuburan itu penuh sesak. Dengan orang berpakaian muslim. Berdoa di dekat batu nisan. Lalu makan-makan di situ. Bersama keluarga. Mereka, umumnya, memang membawa makanan.

Baca Juga:Persatuan Istri Tentara (Persit) Kenang Jasa PahlawanDinas Pangan dan Pertanian Genjot Produktivitas Padi Organik

Ya sudah.
Kami pun membeli makanan. Banyak sekali warung dadakan di dalam makam itu.

Setelah itu kami kembali ke rumah sakit. Membawa pengalaman baru.

0 Komentar