Pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara: Pendidikan yang Memerdekakan

Pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara: Pendidikan yang Memerdekakan
0 Komentar

Dari titik pandang sosio-anthropoligis, kekashan manusia yang membedakannya dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Persoalannya budaya dalam masyarakat itu berbeda-beda. Dalam masalah kebudayaan berlaku pepatah: “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”. Manusia akan benar-benar menjadi manusia kalua ia hidup dalam budayanya sendiri. Manusia yang seutuhnya antara lain dimengerti sebagai manusia itu sendiri ditambah dengan budaya masyarakat yang melingkupinya.

2. Tinjauan Aksiologi

Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggung jawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian. Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan juga tujuan membentuk kepribadian dan kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar peserta didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya. Karena kemerdekaan menjadi tujuan pelaksanaan pendidikan, maka system pengajaran haruslah berfaedah bagi pembangunan jiwa dan
raga bangsa. Untuk itu, di mata Ki Hajar Dewantara, bahan-bahan pengajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup rakyat.
Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan; kita harus menggunakan dasar tertib dan damai, tata tentram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang. Memajukan pertumbuhan budi pekerti-pikiran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, agar pendidikan dapat memajukan kesempurnaan hidup. Yakni: kehidupan yang selaras dengan perkembangan dunia tanpa meninggalkan jiwa kebangsaan.

3. Tinjauan Epistimologi

Cara mengajar beliau menerapkan metode “among”. Metode system among dapat dikatakan metode pembelajaran inovatif yang mampu mengembangkan jiwa merdeka siswa. Metode ini melawan metode klasikal yang kaku, statis, dan dingin dengan info-info guru semata. Among mempunyai pengertian menjaga, membina, dan mendidik anak dengan kasih saying. Lalu gurunya disebut pamong karena momong (mengasuh) yang mempunyai kepandaian dan pengalaman lebih dari yang diamong.

0 Komentar