Peran Guru IPS dalam Menumbuhkan sikap Nasionalisme melalui Pendidikan Karakter

Peran Guru IPS dalam Menumbuhkan sikap Nasionalisme melalui Pendidikan Karakter
0 Komentar

oleh
Suprikhatin, S.Si (Guru SMP Negeri 3 Kandangserang Kab. Pekalongan )

Sistem pendidikan di Indonesia menerapkan pendidikan berbasis karakter yang menjunjung nilai kemanusiaan yang tinggi. Kemendikbud memaparkan lima nilai karakter yang seharusnya terinternalisasi dalam pendidikan yaitu, nilai religius, nilai nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong (Pengelola Web Kemdikbud, 2017). Perwujudan cita cita luhur tersebut, mensyaratkan lembaga keluarga bekerja sama dengan lembaga pendidikan , agar anak mendapatkan lmu pengetahuan maupun karakter. Sekolah yang ideal adalah sekolah yang menerapkan nilai kemanusiaan sehingga setiap anak yang terdidik dapat ikut andil dalam mencapai tujuan nasional bangsa kita yang dimuat dalam UUD 1945 alinea keempat.

Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa datang. Jadi, pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa tentu memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan rekayasa bangsa (Studi Pancasila, & Kewarganegaraan, 2015). Siswa merupakan aset terbesar dalam menentukan kemajuan bangsa di masa depan. Siswa yang akan memegang tanggung jawab menghidupi kemerdekaan yang telah dititipkan oleh leluhur kepada kita. Untuk itulah pendidikan harus membawa mereka kepada rasa cinta dan bangga kepada tanah air. Tetapi melihat kondisi mental siswa yang kian memburuk saat ini sangat diragukan bahwa mereka memiliki jiwa nasionalisme.

Berbagai kasus yang kita temui saat ini, mengajarkan kita bahwa ada sesuatu yang salah dalam bidang pendidikan terkait pengembangan karakter. Dimuat dalam situs ksp.go.id,pada tanggal 5 Agustus 2019 dilakukan pelatihan guru untuk mendeteksi sejak dini intoleransi di sekolah. Peserta dilatih untuk dilatih untuk memahami empati, toleransi, intoleransi, kekerasan, dan perdamaian, cara berkomunikasi konstruktif (Ksp.go.id, 2019) . Lalu apakah pelatihan seperti ini bisa mengurangi tindak kekerasan di sekolah?

Baca Juga:Kepesertaan Keluarga Berencana di Setiap Kecamatan Belum MerataOptimalkan Posyandu, Pemda Kabupaten Bandung Barat Gelontorkan Anggaran Rp 4,5 Miliar

Jika ditinjau dari sudut pandang guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), pendidikan yang terlaksana sampai saat ini sangat memerhatikan pembentukan karakter siswa. Sejak periode jabatan Jokowi pun, pembentukan karakter menjadi salah satu fokus pembangunan sumber daya manusia yang disebut revolusi mental. Pendidikan tentu merupakan salah satu faktor terbesar yang menentukan keberhasilan pembangunan karakter anak. Tetapi siapa sangka, sekolah juga memberikan fakta mengejutkan mengenai kemerosotan karakter anak.

0 Komentar