Pojokan 196, Bulan Terlewat

Pojokan 196, Bulan terlewat
Pojokan 196, Bulan terlewat
0 Komentar

Pojokan 196, Bulan Terlewat

Bahkan para bijak bestari telah mewanti-wanti untuk memuliakan kedatangan Bulan Suci Ramadhan.

Memuliakan dengan kegembiraan, kekhusu’an, keterpautan dan kerendahan hati untuk mengakui segala. Sebagai sebuah proses instrospeksi dan penemuan.

Faktanya, berbilang tahun, Ramadhan tiba, terlewat begitu saja.

Hanya sebuah ritual tahunan yang memindahkan jam makan-minum menjadi malam.

Dan puncaknya menghijrahkan berjuta manusia kota ke kampung halaman.  

Jika pun ada, sekedar peningkatan volume ritual ibadah yang dimaknai untuk memperoleh imbalan pahala dan semoga ampunan. Dalam bahasa sederhana, bulan suci-Mu, membuat diri “terlihat” lebih saleh.

Memang diri ini kualitas rendah.

Selalu ingin enak dan dienakan. 

Tak usahlah berpusing ria untuk memperoleh segala kualitas.

Cukup terpenuhi sahwat dan menjadi tujuan segala kesenangan. 

Baca Juga:PLN Purwakarta Bersama Jasa Marga Melakukan Pencekan SPKLU di 7 Rest Area Cipularang dan CipaliPLN UP3 Purwakarta Menggelar Apel Siaga Kelistrikan Guna Memastikan Kehandalan Listrik Selama Idul Fitri

Tak mau diri ini memaksakan untuk memperbaiki ritual dan merenungi makna.  

Lebih karena kebiasaan mencari kesenangan yang telah membudaya pemuas nafsu.

Maka pantas, jika wirasa puasa tak berbekas. 

Ramadhan lewat lagi dengan riang gembira. Aku pun bersorak.

Sebab kembali kepada habituasi syahwat. Bukan kesedihan karena ditinggal kemuliaan.

Tapi kegembiraan karena kembali pada pemuasaan nafsu dan syahwat.

Sebab Ramadhan membuat kikuk para nafsu dan syahwat. Seolah terkerangkeng, pada jeruji yang tak ada.

Gusti, kujalani bulan suci-Mu hanya setengah hati dan sekedar ritual tahunan.

Yang biasa dan tak pernah tak biasa. Selalu begitu-begitu dan biasa saja. 

Syahwat ku tak pernah terkekang pada kesucian bulan-Mu.

Aku tak memberikan hati dan kehambaanku pada-Mu di bulan suci. 

Aku tak mencoba menemukan dan merenungi diri. 

Tak berdialog dengan Mu. Tak mengasah nurani dan kepekaanku. Bulan suci-Mu lewat begitu saja di depan mata. 

Tuhan, tapi aku ingin kembali bertemu bulan-Mu yang mulia. Aku meminta.

Sejatinya ada keindahan yang terasa nikmat pada bulan suci-Mu.

Baca Juga:Dirut PLN Lakukan Inspeksi SPKLU Jalur Mudik, 1299 Unit Se-Indonesia Siaga Layani Pengguna Mobil ListrikGunakan Mobil Listrik, Dirut PLN Jajal SPKLU di Rest Area 628B Saradan, Pastikan Sistem Layanan SPKLU Andal

Keindahan yang tak pernah terperhatikan oleh diri. Melahirkan kelezatan dalam menemukan makna dari setiap laku lampah. 

Kenikmatan kembali pada asal sebagai titik nol. Walau terbesit syahwat untuk unjuk ego.

0 Komentar