Vaksin Sinovac, Jaminan Sehat atau Nekad?

Vaksin Sinovac, Jaminan Sehat atau Nekad?
0 Komentar

Masihkah tutup mata tutup telinga, pura-pura mati hati atau sebenarnya sudah benar-benar mati. Nyatanya nafsu syahwat berbisnis dan memperoleh keuntungan lebih mendominasi dibanding dengan sekedar memperhatikan nasib rakyat. Kasarnya lagi, rakyat jadi tumbal tak mengapa asal manfaat atas bisnis tersebut terealisir. Sudah tahu tak sesuai standar, namun tetap saja ngotot beli vaksin dalam jumlah besar .

Ketika urusan kesehatan diserahkan kepada kapitalis atau pemilik modal, maka sejahtera tak akan pernah dinikmati semua rakyat individu perindividu. Terutama ketika mental penguasa sudah menjadi mental pengusaha. Berbanding terbalik dengan makan pemimpin dalam Islam. Rasulullah bersabda, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Makna dari hadis di atas adalah posisi pemimpin bagi rakyatnya, yaitu sebagai pelayan. Jelas ia tak akan berani melenceng dari akad yang sudah diambil dari baiat rakyat kepadanya. Pun ia tak akan nekad mengambil sembarangan kebijakan, kecuali yang bersumber dari Wahyu Allah SWT yaitu syariat.

Baca Juga:Bocorkan Curhatan, Cita Citata Tegur Iis DahliaPersembahkan Kemenangan untuk Sang Legenda

Terlebih tujuan Islam adalah untuk kemaslahatan manusia, tentu tak boleh terlewat satupun apa yang diwajibkan syariat. Kesehatan sebagai salah satu kebutuhan pokok rakyat, tak mungkin jika hanya ditanggung rakyat sendiri, sementara yang seharusnya jadi jaminan negarapun menyerahkannya pada pihak ketiga untuk mengurusnya.

 “Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti (meneror) muslim yang lain.” (HR. Abu Daud, 5004, Ahmad V/362). Hadis inipun menegaskan jika seorang muslim saja haram menakut-nakuti muslim yang lain, apalagi jika kedudukannya sebagai pemimpin. Dimana ia diberi ijin Allah atas sebuah kekuasaan.

Banyak ayat dan hadis bertebaran yang menerangkan bagaimana kesudahan pemimpin yang lalai terhadap urusan rakyatnya. Masihkan yakin kita tak akan mengambil Islam sebagai sebuah solusi? Padahal apa yang maslahat bagi kita hanya Allah SWT yang tahu pasti?

Tak ada lagi yang bisa diharapkan dari sistem pengaturan hari ini, masalah Covid saja berlarut-larut apalagi masalah yang lain. Asas sekularisme pada ujungnya memang hanya menyisakan harapan semu, sebab dengan sadar mengesampingkan aturan Allah dan mengambil hukum produk manusia, tunggulah kehancurannya. Wallahu a’lam bish showab.

Laman:

1 2
0 Komentar