Bubur Harisa, Kuliner Warisan Leluhur Sejak Tahun 1918

ADE GUSTIANA/RADAR CIREBON TRADISI: Bubur Harisa, salah satu tradisi Ramadhan di Kota Cirebon.
ADE GUSTIANA/RADAR CIREBON TRADISI: Bubur Harisa, salah satu tradisi Ramadhan di Kota Cirebon.
0 Komentar

Keluarga Bayasut masih mempertahankan tradisi membuat Bubur Harisa menjelang waktu berbuka puasa selama Ramadan penuh ini.

Sempat vakum 2 tahun, itu karena kondisi yang tidak memungkinkan. Ibrahim mengatakan, dipertahankan karena merupakan warisan atau amanah dari orang tua.

Dalam sehari lebih 50 paket bubur dibagikan kepada jamaah. Maupun tukang becak di sekitar.

Baca Juga:Siswa Magang SMKN 1 Subang Dilindungi Jaminan Sosial Tenaga KerjaKurasi Produk Lokal Unggulan, BRI Dukung Gernas BBI Sumbar

Membuat Bubur Harisa, kata Ibrahim, telah dilakukan sejak sebelum Indonesia merdeka. Atau ketika pertama Masjid Asy Syafii Bayasut berdiri tahun 1918.

Pemberian Bubur Harisa bermula ketika Syech Muhammad Islam Bayasut prihatin karena sering melihat banyak musafir yang singgah ke wilayah Panjunan saat Ramadan. Tak jarang para musafir itu kelaparan karena kehabisan uang.

Mereka biasanya datang dari wilayah Jakarta yang hendak ke arah Jawa Tengah atau sebaliknya. Sambil menunggu pemberangkatan kereta, mereka biasanya memenuhi masjid-masjid. Salah satunya di Masjid Asy Syafii Bayasut.

Harisa berasal dari bahasa Arab yang berarti penjaga atau menjaga. Sejak hari pertama puasa, keluarga Bayasut membuat Bubur Harisa. Tidak jarang, beberapa orang datang jauh-jauh demi menikmati bubur ini.(yud/rc/ysp)

Laman:

1 2
0 Komentar